Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Nadiem pun Harus Mengganti Kurikulum

5 November 2019   14:22 Diperbarui: 5 November 2019   14:49 563
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang pakar pendidikan menulis twitnya begini, "Saya salah seorang Tim Penyusun Kurikulum2013, tapi sejak awal menolak kurikulum tersebut diimplementasikan karena saya tahu buruknya, sekarang baru pada menyadarinya bahwa kurikulum itu memang buruk beneran."

Twit dari pakar pendidikan tersebut memperjelas bagaimana Kurikulum 2013 lahir dengan beraneka kontroversinya yang juga berakhir dengan penundaan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang baru saat itu, Bapak Anies Baswedan.  Kesannya, Menteri lama, M. Nuh terburu-buru mengejar tenggat akan adanya ganti kiabinet karena 2014 pemilu.

Kemudian muncul dan menyebar juga wa dari ketua IGI tentang pertemuan bersama organisasi guru lainnya dengan Menteri Pendidikan dna Kebudayaan yang baru.  Nadiem mendapat masukan dari semua organisasi guru, dan IGI mengusulkan supuluh gagasannya.

1. Bahasa Indonesia, Matematika, Bahasa Inggris dan Pendidikan Karakter berbasis agama dan pancasila menjadi mata pelajaran utama di Sekolah Dasar dan karena itu, Pembelajaran Bahasa Inggris di SMP dan SMA dihapuskan karena seharusnya sudah dituntaskan di SD. Pembelajaran bahasa Inggris fokus ke percakapan, bukan tata bahasa.

2. Jumlah Mata Pelajaran di SMP menjadi maksimal 5 mata pelajaran dengan basis utama pembelajaran pada Coding dan di SMA menjadi maksimal 6 mapel  tanpa penjurusan lagi mereka yang ingin fokus pada keahlian tertentu dipersilahkan memilih SMK.

3. SMK karena fokus pada keahlian maka harus menggunakan sistem SKS, mereka yang lebih cepat ahli bisa menuntaskan SMK dua tahun atau kurang, sementara mereka yang lambat bisa saja sampai 4 tahun dan ujian kelulusan SMK pada keahliannya bukan pada pelajaran normatif dan adaptif. SMK tidak boleh kalah dari BLK yang hanya 3, 6 atau 12 bulan saja. LPTK diwajibkan menyediakan Sarjana Pendidikan atau Alumni PPG yang dibutuhkan SMK.

Dari sepuluh usulan IGI, kiranya tiga usulan pertama di atas yang berkaitan langsung dengan kurikulum. Hal ini juga menunjukkan bahwa penggantian kurikulum hanya menunggu waktu saja.

Apalagi Bapak Presiden sendiri sudah mengintruksikan kepada Nadiem untuk meninjau kurikulum pendidikan yang sekaranmg berlaku yaitu Kurikulum 2013 yang belum juga memperlihatkan tanda-tanda perbaikan pendidikan.

Jika melihat cara pandang Nadiem, selama ini, dan kesanggupannya untuk mengemban amanah sebagai penghuni kementerian paling mendapat sorotan ini, maka perubahan kurikulum akan dan nharus dilakukan.

Beban kurikulum masih juga terlalu banyak.  Semua ilmu seakan hendak dijejealkan ke otak anak-anak bangsa ini.  Sehingga beruntunglah orang seperti Nadiem sendiri yang sekolahnya di luar negeri dan tak mengalami bagaimana beratnya menghadapi pendidikan di negeri ini.  Sampai-sampai, keluhan di twitter kementerian penuh dengan komentar kocak pada saat selesai UNBK matematika SMA.

Dari SD sampai SMA memang terlalu banyak bahan yang diajarkan.  Dan murid-murid itu tak pernah belajar atau tak pernah mencerna apa pun yang diajarkan karena mereka tak pernah merasa memerlukan hal tersebut dalam hidupnya.  materi-materi pembelajaran hanya berhenti untuk ulangan tengah semster atau ulangan semester.  Setelah itu, kabur semua apa yang pernah dihafalnya.  Nanti ketika akan tiba UNBK, anak-anak itu akan memanggil-manggil lagi hafalannya, untuk keperluan UNBK.

Kasihan betul nasib anak-anak negeri ini.

Kelahiran kurikulum baru memang selalu menjanjikan keindahan.  Kurikulum 84, kurikulum 94, kurikulum 2004, kurikulum 2013, semuanya selalu dengan cara mengatakan kurikulum lama sudah tidak mewadahi tuntutan zaman.  Tapi, Kurikulum yang baru dilahirkan juga selalu penuh bolong-bolong.

Sebetulnya, kekurangan sebuah kurikulum memang wajar.  Tak ada yang sempurna.  Hanya saja, Kurikulum 2013 yang lahirnya tampak dipaksakan dan sampai hari ini juga beberapa kali direvisi tapi tetap saja terlalu banyak guru yang belum paham.  Bulan November ini sedang terjadi pelatihan masal Kurikulum 2013, hal ini menandakan bahwa di bawah, kurikulum ini belum dipahami juga.

Akibatnya, kelas-kelas itu selalu seperti dulu kala.

Nadiem pasti akan mengganti kurikulum.  Hanya saja, tolong dipikirkan secara matang.  Jangan sampai anak-anak negeri ini cuma menjadi korban uji coba belaka.  Jangan sampai nanti kurikulum itu hanya indah di kertas para pakar tapi di lapangan tak ada implikasi apa-apa kecuali dana pelatihan kurikulum baru yang selalu fantastis.

Jangan sampai Nadiem cuma terjebak, ganti menteri ganti kurikulum doang.  Karena dari semua kurikulum, gurulah faktor penentu.  Sudah seperti apa guru kita?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun