Ada yang bilang jika Gubernur DKI Jakarta tak boleh orang baik. Â Orang baik pasti kemakan jika memimpin di Jakarta. Â Jakarta itu harus dipimpin orang gila. Â Hanya orang gila yang bisa tahu kegilaan orang-orang gila. Â Dan ingatan menuju Ali Sadikin juga Ahok. Â Di era dua manusia gila yang bikin pusing orang-orang gila yang hendak merampok APBD Jakarta.
Anies Baswedan itu orang baik. Â Tidak pernah terlihat marah. Â Kata-katanya tersusun rapi. Â Dan selalu berupaya untuk melakukan kebaikan bersama. Â Orang jahat pun ditergur agar memperbaiki diri.
Oleh karena Anies orang baik, maka mafia bisa berpesta pora. Â Toh, gak diapa-apain. Â Toh, gak dimarahin. Â Toh, kadang-kadang dicarikan alasan logis melalui kata-kata pemimpinnya.
Maka, jika selama Ahok nongkrong di Balaikota para mafia kalang kabut tak berkutik karena dipelototin, maka hari-hari berikutnya seperti bangkit dari kubur. Â Muncul anggaran-anggaran siluman di Jakarta. Â Tak tanggung-tanggung. Â Jumlahnya mencengangkan. Â Dan sangat menggiurkan.
Terus pada purapura kaget.  Terus pada pura-pura saling menyalahkan.  Terus kata-kata "salah ketik" menjadi cukup populer.  Padahal  itu kan sudah disusun bertahap.  Permulaannya pasti dari satuan paling kecil, terus membesar, hingga pada ujungnya ada dijari Pak Gubernur Anies.  Sehingga, menyalahkan hal ini kepada Anies juga kurang fair.  Tapi, membiarkan sikap Anies yang kurang gila terhadap para gilawan di jajaran pemda DKI juga tak baik.  Anies harus ebrada pada posisi paling depan memberantas tikus-tikus ini.
Titipan anggaran. Â Hal demikian juga harus dibaca secara jeli. Â Kasus UPS juga titipan katanya. Â Orang luar pemda main. Â Orang luar itu, Â saja justru mereka yang ada di Kebon Sirih. Â Atau para cukong yang selama ini sudah berdiri mengangkang.
Transparansi. Â Satu kata kunci untuk menghajar para mafia anggaran. Â Dengan transparansi, para pemain gelap akan kelabakan. Â Mereka tak bisa bermain di tempat terang. Â Sehingga, ketika anggaran dipaparkan di tempat terang, mereka akan lari terbirit-birit.
Tikus-tikus di APBD DKI memang bukan kabar burung lagi. Â Sehingga, semuanya perlu bergerak untuk memburu dan membunuh tikus-tikus itu. Â Mencarinya juga mudah, asal punya niat hati. Â Dari APBD kan sudah terlihat jelas tuh anggaran siapa yang ngusulin. Â Panggil dan suruh mempertanggungjawabkannya. Â Apa rasionalitasnya?
Mungkin baru lem aibon, pulpel, dan wc yang muncul. Â Itu kan cuma pucuk gunung di samudra es. Â Di bawah tampakan yang cuma segitu, ada dalaman yang lebih mengerikan. Â Jakarta harus menjadi contoh transparansi di negeri ini. Â Tak seharusnya RAPBDdiumpetin hanya karena takut ada keributan. Â Keributan justru muncul ketika kebohongan diumpetin, atau keributan tak akan muncul dari sebuah kejujuran. Â masyarakat DKI sudah dewasa, kok.
Partai politik sendiri hanya PSI yang berani meributkan keberadaan tikus-tikus dalam APBD DKI Jakarta. Â kemana partai lain? Â Apakah mereka diam karena sesuatu atau diam karena sudah tahu sama tahu? Â Seharusnya DPRD bersatu membela rakyat. Â Korupsi adalah musuh terbesar rakyat. Â karena DPR dipercaya mewakili rakyat untuk memelototi pemda agar tak dirampok mafia.
Aku rindu Ali Sadikin dan Ahok. Â Karena Jakarta butuh orang gila seperti mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H