Tim hukum Prabowo dalam gugatannya ke Mahkamah Konstitusi sudah tahu pasti kalau mereka sudah pasti akan kalah. Â Tak mungkin mereka tak tahu itu.Â
Terus untuk apa menggugat?Â
Dari pernyataan pernyataan terdahulu, Â tak ada niat mereka untuk menggugat keputusan KPU ke MK. Â Mereka lebih menyukai jalanan daripada harus berpikir rasional.Â
Akan tetapi, Â domplengan terhadap aktivitas jalanan mereka, Â membuat mereka sendiri khawatir. Â Mereka pasti akan terjebak jika terjadi kerusuhan. Â
Sehingga, Â mau tak mau, Â mereka harus mencari kesan bahwa kerusuhan jalanan bukan oleh mereka. Â Walaupun semua tahu siapa siapa yang beberapa hari sebelumnya mengeluarkan pernyataan pernyataan provokatif.Â
Dan jalan untuk memperoleh kesan itu hanya ada satu. Â Jalan menuju MK. Â Sehingga jalan itu pun ditempuh.Â
Kalau sudah tahu kalah kenapa diteruskan?Â
Mereka sedang mencoba mencari celah untuk melakukan aksi jalanan lagi. Â Jika pada 22 Mei mereka tak bisa memasukkan massa ke Jakarta, sekarang ada celah dengan mendompleng arus balik.Â
Kerusuhan akan terus dijadikan bara membakar orang orang bodoh yang fanatik. Â Kerusuhan akan dijadikan batu loncatan untuk mende legitimasi polri sebagai penjaga keamanan.Â
Kegagalan 22 Mei mungkin akan menjadi pelajaran bagi mereka agar tak gagal lagi kali ini. Â Walaupun sudah banyak yang ditangkap, Â masih ada yang berkeliaran di luar.Â
Jika orang awam saja mampu melihat ketidakmampuan tim hukum Prabowo dalam mengajukan gugatan, Â terasa aneh jika sekaliber tim hukum tak peduli.Â