Daya kritis itu penting.Â
Guru sendiri harus terus didorong untuk menu mbuh kembangkan sikap kritis perserta didiknya. Â Dulu, guru lebih menitikberatkan hafalan. Â Dalam pelajaran matematika misalnya. Â Begitu banyak rumus dihafal seorang siswa, tanpa si siswa sendiri tahu manfaat dari rumus yang dihafalkan nya tersebut.Â
Bersikap kritis semakin penting dalam kehidupan yang dipenuhi aneka kebohongan. Â Bahkan, agama pun dibuat sebagai bungkus kebohongan semata.Â
Agama yang membungkus kebohongan dilakukan oleh mereka berjubah. Â Semakin membuat mereka yang tidak kritis terpesona dan menganggap kebohongan itu sebagai ajaran agama.Â
Kebusukan apa pun akan diterima sebagai kebenaran ketika agama dijadikan bungkus nya. Â Mereka tahu itu. Â Dan memanfaatkan nya untuk kepentingan sendiri. Â Jahad, emang.Â
akan beda jika kebohongan itu menghampiri orang yang bersikap kritis. Â Dan kekritisanya akan menolong dari jebakan kebohongan para pembual berjubah.Â
Mereka kalah. Â Lalu membungkus kekalahannya dengan menuduh pihak lain curang. Â Ketika mereka tak bisa menemukan kecurangan itu, Â maka tuduhan dibelokkan ke alamat wasit. Â Padahal semua orang tahu, Â siapa yang mengangkat wasit.Â
Hanya kekalahan yang telah membuat otak mereka dibuang. Â Mereka berhasil menipu diri sendiri. Â Bukan orang orang kritis. Â Mereka bergembira sendiri.Â
Seperti orang yang kehilangan otak nya. Â Mereka tak menyangka jika kebohongan yang dibuatnya justru menjadi bumerang bagi mereka sendiri.Â
Tanggal 22Mei mereka tahu pasti kalah. Â Tapi tetap saja dungu. Â Mencipta narasi narasi tak berdasar hanya untuk konsumsi kalangan sendiri.Â
Kerusuhan bisa saja terjadi. Â Karena kenekatan mereka yang otak nya sudah digadaikan. Â Lebih mudah menghadapi manusia kritis daripada menghadapi manusia tak berotak. Â Lebih binatang dari binatang.Â