Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Siapa Mau seperti Demokrat, PPP, dan Hanura?

5 Mei 2019   21:36 Diperbarui: 5 Mei 2019   22:15 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Ketika partai partai lain terdongkrak naik, tiga partai ini malah turun.   Demokrat bergeser turun.   PPP masih bisa sedikit bernafas lega karena nyaris terpental dari Senayan.   Hanura yang paling menyedihkan. 

Ada sebab mereka turun perolehan suaranya.   Demokrat turun karena faktor SBY sudah tidak menarik, sementara AHY belum mantap.   Nasib partai oligarki memang demikian.  Ada jarak yang sulit dijembatani.   

Jika SBY merelakan Demokrat untuk dikomandani oleh orang hebat selain keluarga dekatnya, mungkin tidak akan demikian nasibnya.   Karena dalam Demokrat ada Pak De Karwo yang sudah malang melintang dan sudah terbukti film Jawa Timur. 

PPP lain lagi,  faktor korupsi Ketua Umum nya yang menjadi penentu kemelorotan perolehan suaranya.   Waktu yang sudah dekat dengan pemilu menjadikan PPP sulit mengembalikan keadaan. 

Seandainya para politikus itu berpikir bahwa rakyat negeri ini muak dengan korupsi seharusnya sekuat tenaga mengindari nya.   Sekali korupsi dan tak ketahuan akan menjadi tuman.  Sekali lagi. Sekali lagi.  Dan akhirnya masuk jeruji besi. 

Sementara,  Hanura lebih karena pertempuran di dalam yang terlalu sengit.   Bagaimana bisa mengurus negara,  jika mengurus dirinya sendiri saja tak becus. 

Seharusnya, semua partai memikirkan hal ini.  Jangan sampai bentrok antara teman terjadi berkepanjangan.   Partai yang berkelahi di dalam akan ditinggalkan oleh rakyat. 

Masih ada partai seperti Demokrat.   PDIP juga sebentar lagi ditinggal oleh Megawati.   Sementara Puan belum jelas benar kemampuannya.   Jika hal ini terjadi,  maka bukan hal mustahil bila apa yang menimpa Demokrat hari ini, akan menimpa PDI-P di kemudian hari. 

Gerindra malah lebih miris lagi.   Jika Prabowo mundur, tak jelas siapa yang akan menggantikan nya.  Kalau anak biologis tak ada,  mungkin nanti akan ada anak ideologis.   Tapi,  persoalan nya,  baik biologis maupun ideologis,  belum jelas siapa nya. 

Bisa juga Gerindra akan mengalami hal yang sama.   Atau bahkan lebih parah. 

Nasdem hampir sama.   Nasdem masih kokoh karena ada Pak Surya Paloh.   Entah nanti jika Surya Paloh berhenti.   Pertempuran kemarin saja sudah melahirkan Perindo. 

Golkar, PKB, atau PKS bisa menyusul PPP jika tak dijaga dengan baik.   Ketua Umum di tiga parpol tersebut bukan pemilik atau orang paling berjasa sehingga bisa diidentifikasikan sebagai pemilik partai. 

Ketiga partai mungkin bisa tertimpa musibah seperti PPP.   Golkar sudah pernah mengalami saat Novanto dipenjara.   PKS juga pernah mengalami saat dikomandani Luthfi Hasan.   Sementara,  PKB baru terkena angin durian. 

Sementara,  nasib seperti Hanura juga bisa menimpa semua partai.   Pergolakan internal bukan hal baru.   Semua punya potensi itu. 

Lalu,  siapa akan menyusul Demokrat, PPP, dan Hanura? 

Jika tak mau menyusul tiga partai itu,  segeralah menyadari tantangan di atas.  Jangan jadikan partai sebagai milik keluarga.   Jangan korupsi untuk atau atasnama partai.  Dan jangan berantem sesama teman. 

Ah..... 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun