Tiba-tiba temanku melarang aku menonton film besutan Garin Nugroho yang berjudul "Kucumbu Tubuh Indahku". Agak kaget juga karena dia emang gak pernah nonton film. Â Apalagi setelah dia aktif di parpol yang menyatakan berbasis agama dan selalu menggunakan agama sebagai upaya meraih kekuasaan dan untungnya belum tercapai cita-citanya itu.Â
Kenapa?Â
Karena film itu sedang menyebarkan dan mempromosikan LGBT. Â Â
Emang kenapa dengan LGBT?Â
Lebih berbahaya dari radikalisme yang selama ini kamu tentang.Â
Dan saya hanya bisa mengurut dada. Â Saya memang menggemari film-film karya Garin. Â Bukan hanya cerita nya yang kuat, tapi juga keindahan gambar gambar nya.Â
Setelah lama gak nongol, Â Tiba-tiba nongol film Garin. Â Sudah siap saya menonton nya. Â Â
Tapi penandatangan petisi yang seakan digerakkan oleh kelompok tertentu itu cukup mengkhawatirkan bagi perkembangan film di negeri ini.Â
Karena belum lama juga muncul ajakan tidak menonton Dillan dengan alasan film Dillan telah mempromosikan pacaran yang tidak syar'i.Â
Pola pola demikian jelas menjadi tidak sehat. Â Lalu apa peran Badan Sensor Film? Â Harusnya hal demikian tak terjadi jika Badan Sensor Film sudah mendapat kepercayaan masyarakat.Â
Urusan Film harusnya menjadi urusan badan tersebut. Â Dan kriteria sudah jelas bagaimana sebuah film dinyatakan lulus sensor. Â Jika sebuah film lulus sensor, Â masyarakat tak perlu bertindak di luar jalur itu.Â
Bisa menggugat keputusan itu tetapi juga melalui jalur yang sama. Â Tidak melalui provokasi yang lebih sering dilatari kepentingan politis dibungkus agama.Â
Mari kita menjadi semakin dewasa. Â Jangan dikit dikit curiga.Â
Lagian, tak mungkin kan sebuah film bisa menjadikan LGBT seseorang.Â
Ayo nonton "Kucumbu Tubuh Indahku". Gak apa apa kok.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H