Bujubuneng. Â Kampret langsung menyemburkan kopi yang hendak diminumnya.
"Asih, kok pahit banget kopinya!" Teriak Kampret pada istrinya.
"Gula abis!" Balas Asih tak kalah kencangnya.
Udah dua hari Kampret gak narik angkot. Badannya agak nggreges. Masa iya cari duit juga padahal sakit.
Tapi akibatnya begini. Gula gak kebeli. Kopi gak ada manis manisnya.
"Pakai susu, ngapa?" Kata Kampret.
"Sini, bang!"teriak Asih.
Kampret masuk. Asih, bininya udah buka kutang. Anak anak juga udah berangkat sekolah.
"Ah, cuman ini yang bisa dinikmati," gumam Kampret yang tak mungkin menyia-nyiakan kesempatan langka ini.
Kampret tahu. Anaknya sudah 3. Hidup makin berat aja. Tapi, orang miskin kaya dirinya emang gak punya banyak pilihan hiburan. Berat diongkos.
Hiburan paling murah ya begini ini. Terus ntar mbrojol lagi. Terus tambah beban lagi.
"Abang kerjanya yang rajin," pinta Asih.
Kampret cuma bisa nyahut, he-eh, he-eh, dan he eh.
Abis gituan Kampret langsung sembuh. Kampret langsung ngacir narik angkot. Buat nafkahin anak bini.
Masa cuma bisa bikin tapi gak bisa nafkahin. Kalau pada nasibnya kayak dirinya, Kampret gak mau. Â Kampret mau anak-anaknya berhasil.Â
Kopi gak pait lagi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H