Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kolam

15 Oktober 2018   08:51 Diperbarui: 15 Oktober 2018   09:15 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Malam larut. Meninggalkan rasa dingin yang menusuk.

Tari, bukan nama sebenarnya, masih terus terjaga.  Tugasnya untuk menyiapkan teh hangat sudah dilakukan dari tadi.  Sekarang sudah dingin.

Tari mengganti dengan teh hangat baru.  Tapi sampai dingin kembali tuh teh, belum juga dia keluar.

Tari, baru beberapa hari bekerja di rumah bu Imah.  Perempuan sepuh yang hidup sendiri.  Suami sudah meninggal.  Dan dari 5 kali pernikahan nya, tak satupun yang memberikan celoteh anak.

Bu Imah hidup sendiri.  Dari tabungan yang sudah lama dipersiapkan.

Tari menganggap kehidupan bu Imah biasa biasa saja.  Pagi makan bubur, membaca buku, terus jam sepuluh minum teh, dan seterusnya.

Hanya satu yang belum bisa dipahami Tari.  Setiap malam jumat, bu Imah selalu masuk kamar khusus yang ada di bagian tengah rumahnya.

Pernah Tari masuk ke kamar itu.  Tak ada tempat tidur.  Yang ada justru kolam kecil, berukuran 2 kali 2 meter.

Di kolam itulah, Bu Imah berendam pada setiap malam jumat.  Dan Tari menunggu di luar sambil menyiapkan teh hangat yang akan diminum Bu Imah setiap 2 jam sekali.

Kali ini, bu Imah tidak sekali pun keluar kamar itu.  Beberapa kali teh menjadi dingin karena tak sempat diminumnya.

Sempat ada suara bisik dari dalam kamar.  Lalu sunyi hingga kini.

Tari agak khawatir, tapi tak bisa.berbuat apa apa.

"Neng, bangun, Neng!" Lamat lamat terdengar suara seseorang.

Tari pikir itu suara Bu Imah, ternyata.bukan.  seseorang entah siapa dia.

Tari linglung.  Di sekeliling dilihatnya hanyalah kebun.  Tak ada rumah satu pun.

Mana rumah bu Imah?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun