Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Politik

Komedi Mei

8 Mei 2018   12:22 Diperbarui: 8 Mei 2018   12:30 566
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terkadang membingungkan juga.  Mei 1998 itu sebuah tragedi atau sebuah komedi?  Bisa disebut tragedi, karena pada Mei 1998 memang banyak yang menderita, terutam mereka yang lahir sebagai etnis China.  Tanpa tahu kenapa dan mengapanya, tahu-tahu menjadi korban begitu saja dari sebuah permainan politik tingkat tinggi.

Ah, cuma komedi.

Bisa juga.  Karena lucu banget.  Masa iya, sebuah tragedi yang begitu memedihkan tapi hingga kini pelakunya tak pernah terungkap.  Atau jangan-jangn, pelakukan malah dipuja-puji saat ini?  Kalau pelaku kejahatan paling menghinakan kemanusiaan terus dipuji-puji setinggi langit sebagai seorang pahlawan, jelas ini memang sebuah komedi.  Lucu banget.  Tapi, sekaligus juga gak lucu banget.  Garing, gitulah!

Penghuni negeri ini harus belajar sejarah.  Iya, betul.

Namun, sejarah yang benar-benar sejarah.  Bukan sejarah yang sudah dibelokkan demi kekuasaan.  Sejarah yang objektif jujur.  Ya..... tak ada sejarah yang jujur.  Sejarah selalu dityulis oleh para pemenangnya.  Dan sejarah menjadi sejarah para pemenang.  Mereka yang kalah akan menjadi nokta hitam sejarah.  Mereka akan dikutuk dalam sejarah.

Siapa pemenang yang bisa menulis sejarah berdasar perspektifnya?

Mereka yang punya modal.  Mereka yang bisa menundukkan apa pun dengan modalnya.  Yang bisa membeli kekuatan.  Yang bisa membeli nurani.  Dan nurani hanya untuk dikangkangi, bahkan diberaki.

Dan pelaku kejahan Mei 1998 adalah mereka yang juga punya modal.  Mereka yang punya kuasa.  Maka, saat ini mereka telah menyulap dirinya menjadi pahlawan bahkan digadang-gadang untuk memimpin negeri ini.  

Tragedi komedi sebuah negeri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun