Semoga salah satu dari perempuan ini menjadi wapres.
Ketangguhan pada laki-laki sudah biasa. Â Pada perempuan sering dianggap luar biasa. Â Justru perempuan-perempuanlah yang lebih tangguh laki-laki. Â Tapi, perempuan-perempaung tangguh itu tak pernah direken sebagai sebuah ketangguhan.
Perempuan yang berjuang di dapur dianggap bukan sebuah ketangguhan. Â Perempuan yang bekerja di dapur juga di jalanan juga sering belum dianggap tangguh. Â Perempuan yang hampir setiap detik waktunya diberikan sepenuh hati demi keluarga, juga masih belum dianggap sebagai perempuan tangguh.
Perempuan ada yang menjadi pemecah batu. Â Perempuan ada yang berjalan ribuan kilo demi keluarga, bahkan dengan telapak kaki yang penuh darah, penmuh nanah. Â Siapa peduli mereka?
Lalu, politik pun dianggap sebagai dunia laki-laki.
Politik itu keras. Â Politik itu memerlukan seni yang tinggi. Â Politik itu kekuatan untuk menyingkirkan bahkan membumihanguskan lawan. Â Dalam politik tak pernah ada kawan. Â Politik selalu dipenuhi oleh lawan yang selalu siap menikam. Â Politik itu kejam. Â Oleh karena itu, politik adalah dunia laki-laki.
Perempuan politik?
Sering dianggap sebagai anomali. Â Sesuatu yang seharusnya tak terjadi. Â Bahkan di Amerika sendiri, yang selalu mengaku sebagai kampiunnya demokrasi, seakan masih menabukan presiden perempuan. Â Belum ada dalam sejarah panjang demokrasi Amerika, muncul perempuan sebagai presdien. Â Paling banter baru mampu menjadi calon presiden.
Perempuan politik seharusnya mampu membawa sebuah negara menjadi lebih sejahtera. Â Kalau perempuan politik hanya terjatuh pada jenis kelamin belaka tanpa dihadirkan bersama sikap, maka yang ada hanyalah kekerasan demi kekerasan politik. Â Myanmar dengan perempaun politik peraih nobel pun belum bisa mengubah wajah [politiknya menjadi lebih baik, bakhan masih carut marut kemanusiaan.
Di negeri ini ada Sri Mulyani dan Susi Pudjiastuti sebagai cermin perempuan politik. Â Cerdas penuh komitmen pada kesejahteraan. Â Tak mau kompromi dengan para bandit. Â Dan betul-betul berbeda dengan laki-laki politik.
Sri dan Susi dapat menjadi rujukan perempuan politik terbaik di negeri ini. Â Apalagi jika disandingkan dengan ibu bupati atau ibu gubernur yang ditangkap KPK karena korupsi. Â Dua kutub yang berlawanan secara ekstrem. Â