Sarundeng emak adalah sejarah yang begitu dalam menempati relung hati saya hingga kini. Sarundeng emak telah ikut menyelamatkan pendidikan anak anaknya. Karena bukan hanya saya yang mendapat makanan spesial itu, tapi juga adik adik saya.
Hal kedua yang membuat lukisan di benakku adalah sebuah peristiwa di suatu hari menjelang lebaran. Â Lebaran tinggal hitungan hari. Adik adik saya Sudah punya baju baru. Karena puasa saya ngaji di pesantren, saya baru pulang menjelang lebaran.
Tinggal saya yang tak punya baju baru. Saya sendiri tak apa. Saya tahu bapak dan emakku yang tak punya uang untuk anak anaknya yang jumlahnya sampai sepuluh.
Tapi, lagi lagi kasih sayang ibu atau emak hadir. Â Emak dapat arisan. Jangan berprasangka arisan yang sampai ratusan ribu atau jutaan.
Uang yang memang hanya cukup untuk membeli bajuku itu benar benar dibelikan baju untukku. Â Saya sempat menolak, tapi emak memaksa saya ikut ke pasar.
Hanya bajuku yang dibelinya. Dia sendiri memakai baju lama dan mukena kumal.
Terima kasih, emak. Tak ada lagi kata selain doa semoga segera mendapatkan nomor urutan haji tahun ini.
AminÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H