Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Biniku Minta Mobil

15 Desember 2017   10:25 Diperbarui: 15 Desember 2017   10:35 954
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku cuma pedagang keliling dengan penghasilan yang kadang hanya cukup untuk makan hari itu juga.  Tak lebih.  Kadang malah kurang.  Sehingga, bagai mendengar petir di siang hari bolong sat biniku minta dibeliin mobil.  Jangankan mobil, motor saja, sepertinya tak akan pernah terbeli.

"Pokoknya Abi harus beliin mobil," rajuk biniku.

"Tapi ..."

"Tak usah pakai tapi.  Pokoknya, kalau gak bisa beli mobil, maka umi akan ..." biniku tak melanjutkan kata-katanya.

Walau pun kalimatnya sengaja digantung, aku tahu maksud biniku itu.  Karena tetangga sudah sering bisik-bisik kalau biniku suka keluar rumah saat aku pergi berdagang.  Kadang malah, pulangnya pun hampir bersamaan dengan kepulanganku.  Menjelang magrib atau kadang menjelang Isya.

Aku hanya diam.  Hanya dendam yang kian deras mengalir dalam tubuhku.  Dendam yang tak mungkin dimundurkan kembali.  Aku yakin, alasan mobil hanyalah alasan yang dibuat-buta.  Karena malaikat pun tahu, aku tak akan pernah bisa membeli mobil sampai kapan pun.  Dan artinya ...

Biniku sedang terlelap tidur saat aku bangun, ke dapur, dan mengambil pisau yang sudah tajam mengkilap.  Mata pisau itu benar-benar tajam.  Aku terkenang puisi Sapardi Joko Damono.  Ah, segera puisi itu aku singkirkan.  Karena, malam ini juga aku ingin mengakhiri dendamku.

Dan aku pun melangkah pasti.  Kembali ke kamar.  Memandang tajam perempuan jahanam itu sedang terlelap.  Semoga lancar.

"Ada apa, Bi?"

Dan aku kaget melihat biniku terduduk sambil mengucek mata.

"Untuk apa pisau itu?"

Dan aku terdiam.  Berdiri tegak tanpa gerak.

"Sini pinjam!"

Dan aku memberikannya.

Lalu ....

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun