"Guru yang tak bisa IT, akan dijadikan tata usaha," tertulis di koran lainnya lagi.
Guru mana yang tak muak dengan ancaman-ancaman itu. Â Sertifikasi kan baru beberapa tahun, sedangkan penderitaan guru yang harus hidup dengan gaji yang tak cukup sebulan sudah berlangsung puluhan tahun. Â Toh guru tak mengeluh.Â
Diah sering sedih kalau membaca aneka ancaman dari para pejabat terhadap guru-guru yang baru saja mengecam manisnya sertifikasi. Â Apalagi untuk guru-guru tertentu hanya akan mendapat manisnya sertifikasi untuk beberapa bulan ke depan. Â Pejabat-pejabat itu justru pejabat-pejabat di dinas pendidikan atau di kementerian pendidikan yang seharusnya melindungi dan mengayomi para guru.
Jangan bicara tentang PGRI.
Sekarang guru memang mendapat sertifikasi. Itu pun lebih sering telat dari waktu yang seharusnya. Â Bahkan di beberap tempat, masih harus dipotong oleh pejabat dinas pendidikan. Â Alangkah kasihannya guru-guru itu.
Memang telah lahir guru generasi baru pula. Â Guru yang berani bersifat kritis. Â Guru yang tak mau diam kalau dirinya atau temannya diperlakukan tidak adil. Â Guru yang sudah dapat berkomunikasi dengan koran sehingga bisa bersuara lantang memperjuangkan keyakinan dan ideologinya.
Semoga di tangan guru-guru muda ini akan lahir pendidikan yang lebih baik.
"Sudah panggil orangtua, Dikri?" tanya Pak Latif selaku wakil kepala sekolah bidang kesiswaan.
"Wah, belum, Pak," jawab Diah.
"Kalau sudah hilang capai ibu, tolong panggil orangtua Dikri. Â Tercatat tiga hari berturut-turut tidak hadir tanpa keterangan," jelas Pak latif.
"Terima kasih, pak."