Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

3 Hati dalam Gelas (21)

1 April 2016   16:09 Diperbarui: 1 April 2016   16:15 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Yang tadi ngobrol sama Mbak Diah?"

"Iya."

"Bu Vera.  Mbak belum tahu cerita tentang Bu Vera, ya?"  Afra semangat ingin memberitahu tentang sejarah Bu Vera.

"Gimana saya tahu, Fra?"

"Oh. Iya yah.  Bu Vera itu setres berat.  Gara-garanya, suaminya ditangkap kejaksaan.  Sekarang masih dipenjara.  Saat menjadi pejabat di pemda, ia korupsi banyak banget.  Kabarnya buat masukin anaknya yang jadi pilot.  Walaupun anaknya pinter banget, tapi kalau gak pakai uang pelicin katanya gak bakalan diterima."

"Anaknya jadi pilot, Fra?"

"Itulah, Mbak.  Anak satunya yang selalu dibanggakan ke mana-mana karena bisa menjadi pilot ternyata pesawatnya menabrak gunung.  Anak Bu Vera meninggal di tempat.  Sekarang ia hidup sendiri.  Sekali-sekali menengok suaminya yang penjara.  Tapi pulangnya sering nyasar karena linglung.  Berapa kali dia dianterin oleh orang desa sebelah karena ditemukan sedang kebingungan sendiri."

Diah memang sering melihat bagaimana cara Tuhan mengadili orang-orang serakah di dunia ini.  Banyak sekali keluarga para koruptor berantakan karena suami yang begitu mudah mendapatkan uang korupsi mendadak kawin lagi dengan perempuan muda yang hanya suka dengan harta bendanya.  Banyak anak-anak koruptor yang terjerat narkoba hingga over dosis, mati di lapangan tak ketahuan.

Sayang, masih banyak orang di negeri ini yang belum juga sadar akan hukuman Tuhan di dunia kepada para pengikut iblis tersebut.

"Sekarang agak mendingan, Mbak.  Kalau setresnya lagi kumat, kadang telanjang di jalanan."

"Hah, segitunya?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun