"Yang tadi ngobrol sama Mbak Diah?"
"Iya."
"Bu Vera. Â Mbak belum tahu cerita tentang Bu Vera, ya?" Â Afra semangat ingin memberitahu tentang sejarah Bu Vera.
"Gimana saya tahu, Fra?"
"Oh. Iya yah. Â Bu Vera itu setres berat. Â Gara-garanya, suaminya ditangkap kejaksaan. Â Sekarang masih dipenjara. Â Saat menjadi pejabat di pemda, ia korupsi banyak banget. Â Kabarnya buat masukin anaknya yang jadi pilot. Â Walaupun anaknya pinter banget, tapi kalau gak pakai uang pelicin katanya gak bakalan diterima."
"Anaknya jadi pilot, Fra?"
"Itulah, Mbak. Â Anak satunya yang selalu dibanggakan ke mana-mana karena bisa menjadi pilot ternyata pesawatnya menabrak gunung. Â Anak Bu Vera meninggal di tempat. Â Sekarang ia hidup sendiri. Â Sekali-sekali menengok suaminya yang penjara. Â Tapi pulangnya sering nyasar karena linglung. Â Berapa kali dia dianterin oleh orang desa sebelah karena ditemukan sedang kebingungan sendiri."
Diah memang sering melihat bagaimana cara Tuhan mengadili orang-orang serakah di dunia ini. Â Banyak sekali keluarga para koruptor berantakan karena suami yang begitu mudah mendapatkan uang korupsi mendadak kawin lagi dengan perempuan muda yang hanya suka dengan harta bendanya. Â Banyak anak-anak koruptor yang terjerat narkoba hingga over dosis, mati di lapangan tak ketahuan.
Sayang, masih banyak orang di negeri ini yang belum juga sadar akan hukuman Tuhan di dunia kepada para pengikut iblis tersebut.
"Sekarang agak mendingan, Mbak. Â Kalau setresnya lagi kumat, kadang telanjang di jalanan."
"Hah, segitunya?"