Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

3 Hati dalam Gelas (13)

24 Maret 2016   16:56 Diperbarui: 24 Maret 2016   17:34 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Saya sudah tahu.  Ibu tak perlu terburu.  Segala sesuatu yang dilakukan terburu hanya akan mengundang bara.  Hadapilah hidup ini dengan tenang.  Kalau melihat sesuatu dengan tenang.  Hati juga akan benderang," sela kepala sekolah lagi.

Diah berusaha menarik nafas.  Menarik nafsu yang memburu.  Himpitan antara sedih, salah, dan marah.  Tapi memang betul apa yang dikatakan oleh kepala sekolah.  Sikap kepala sekolah yang terkadang membosankan, sepertinya sangat bermanfaat disaat situasinya seperti ini.  Tenang ... tenang ... tenang, bisik Diah pada dirinya sendiri.

"Bapak sudah tahu semua?"

"Iya.  Dan saya tak akan gegabah dalam mengambil keputusan.  Apakah masa lalu seseorang harus selalu diberi hukuman?  Bagaimana menurut, Ibu?" tanya kepala sekolah.

"Sebetulnya, saya juga sependapat dengan bapak.  Tapi, saya kurang nyaman kalau harus mengajar dalam kondisi seperti ini," jelas Diah.

"Ibu mau izin dulu?  Silakan.  Tenangkan dulu suasana hati ibu."

"Tidak, Pak."

"Tapi ibu harus tenang menghadapi cobaan seperti ini.  Seperti ibu hidup bertetangga, kan?  Ibu tak bisa memeilih tetangga.  Ibu juga tak bisa memilih teman dalam bekerja.  Kita seperti sudah terberi.  Kalau kebetulan tetangga atau teman kerja kita baik semua, bersyukurlah kita.  Tapi, kalau ada tetangga atau teman kita yang usil, tak perlu kan kita merutuk hidup, apalagi merutuk Tuhan?  Tuhan punya rencana terbaik bagi kita," nasihat kepala sekolah.

Benar.  Hidup memang tak perlu banyak dipikirkan.  Justru harus lebih banyak disyukuri.  Hidup yang terlalu banyak dipikirkan akan menjadikan hidup tak enak, tak nyaman.  Hidup yang banyak disyukuri yang akan semakin membuat hidup menjadi bervariasi.  Berwarna.  Dan kita semakin bahagia.

"Siap, Pak."

Hati Diah semakin benderang.  Biarlah anjing menggonggong, hidup tetap tersenyum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun