Ada getar bahagia yang tingginya tak terhingga. Â Perhatian dari seorang anak kecil bernama Rara ini begitu menyentuh hati Diah paling ujung. Â Mungkin bukan perhatian Rara yang menyentuh relung Diah, tapi lebih pada ketulusan Rara.
"Belum."
"Ibu masak?"
"Belum."
"Berarti ibu belum makan, dong?"
Diah hanya tersenyum. Â Perutnya memang agak melilit. Â Tadi pagi hanya makan pisang untuk minum obat. Â Kepala Diah sudah agak ringan tapi perutnya yang kelaparan.
"Rara beliiin ya, Bu?"
"Beli apa?"
"Nasi padang depan, mau?"
"Boleh deh."
Dengan langkah burung prenjak yang lincah, Rara meninggalkan Diah yang terus memandanginya hingga belokan. Â Seandainya aku punya anak segede Rara? Â kata Diah dalam hati. Â Kalau sakit begini ada yang bisa memperhatikannya. Â Tidak sampai kelaparan. Â Tapi ... ah, lupakanlah!