[***
Dulu.  Sudah lama sekali.  Mungkin Diah masih sebesar Rara.  Masih SMP.  Saat ibunya bercerita.  Di ruang makan menjelang tengah malam.
"Nduk, ibu mau bicara sama kamu," kata ibunya Diah.
"Tentang apa, Bu?" Diah kaget. Â Tidak biasanya, ibunya bersikap seperti itu. Â Afra, adiknya sudah tidur. Â Sepertinya, ibu memang menunggu Afra lelap dan baru bicara berdua dengan Diah.
"Tentang kakakmu."
Mata Diah langsung terbelalak. Â Setahu dirinya, anak ibu hanya dua, Diah sendiri dan adik satu-satunya, Afra. Â Tapi kenapa ibunya barusan menyebut tentang seorang kakak? Â Diah punya kakak? Â Siapa? Di mana?
"Apa, Bu?" Diah mencoba memperjelas apa yang baru saja didengarnya.
"Begini, Nduk. Â Kamu memang punya kakak."
"Di mana, Bu?" tanya Diah penuh semangat. Â Semangat para pejuang 45 pun kalah.
"Ibu juga tidak tahu dia sekarang ada di mana."
"Siapa namanya, Bu?"