[/caption]"Ibu, boleh aku masuk?" tanya Rara saat melihat Diah terbengong.
Diah hanya mengangguk. Â Lalu mengikuti langkah Rara. Â Dudu di hadapannya.
"Ada apa, Ra?" tanya Diah.
Rara malah cengengesan. Â Matanya diedarkan ke mana-mana. Â Tanpa mempedulikan pertanyaan Diah.
"Ra, ada apa, kok kamu pagi-pagi sudah ke rumah Ibu?" ulang Diah.
"Bolehkan Rara main ke rumah Ibu?" Â Rara balik bertanya.
Rara, sebetulnya Diah ingin memeluknya. Â Ingin memberikan sesuatu kepada Rara. Â Sesuatu yang mungkin tak pernah didapatnya. Â Kehangatan seorang ibu.
Kemarin di ruang BK, Rara sudah bercerita tentang ibunya. Â Walau Rara tak begitu jelas kenangannya tentang wajah ibunya, tapi Rara masih bisa lancar bercerita tentang kehangatan pelukan ibunya. Â Mungkin sebetulnya Rara tak benar-benar menceritakan kehangatan pelukan ibunya, mungkin Rara hanya bercerita tentang harapan kehangatan pelukan dari ibunya.
Agak samar memang.
"Boleh, Bu?" ulang Rara. Â Kali ini mata Rara langsung menusuk ke dalam retini Diah. Â Dan Diah mengangguk sambil mulai melinangkan buliran-buliran bening itu.
"Ibu, kenapa?"