Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ahok dan Anak Muda Jakarta Itu

11 Maret 2016   10:12 Diperbarui: 11 Maret 2016   10:30 764
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Anak muda selalu memikul sejarah. Sejarah baik atau sejarah buruk akan muncul di hadapan kita semua. Kita memang pelaku sekaligus pembuat sejarah.

Sejarah buruk, biasanya dilakukan oleh orang-orang tua yang hendak menghentikan gerak perubahan. Mereka sudah enak dengan kemapaman yang telah diraih dan hendak menikmati untuk selamanya. Sejarah pun hendak dihentikan agar kesenangan mereka tak terpindahkan.

Sejarah baik, biasanya melekat pada gairah anak muda yang selalu menghendaki dan bergerak dalam perubahan. Anak muda adalah perubahan sendiri. Tak ada anak muda yang tak menginginkan perubahan.

Orang tua pernah muda. Orang tua yang hendak menghentikan sejarah, biasanya juga pendorong sejarah paling getol di saat mereka masih muda dulu. Tapi, entah itu sudah merupakan takdir zaman, sehingga usia sering mengubah watak seseorang menjadi kurang peduli lagi.

Walau ada pengecualian semisal Gandi dan Nelson Mandela.

Jakarta, yang begitu melimpah dengan anak-anak muda juga sedang bergerak ke arah perubahan. Jakarta, bukan hanya penuh sesak dengan beragamnya anak muda, tapi juga penuh dengan kreativitas yang mungkin tak tertandingi oleh kota-kota lain di negeri ini. Rata-rata pendidikan anak muda Jakarta juga dapat dikatakan tak akan ada yang mengalahkannya.

Gerak anak muda Jakarta juga semisal dengan anak-anak muda di seantero dunia dan di segala zaman. Selalu menghadapi konservatifisme orang tua dan keengganan mereka untuk gerak maju ke arah yang lebih baik dan juga menantang. Orang tua akan berdiri mengangkangi kreativitas dan gerak laju anak muda. Orang tua takut pada gerak maju karena mereka sudah merasa nyaman dengan apa yang sudah diperoleh di satu sisi, dan kecemasan akan masa depan yang tak pasti dalam gerak maju itu sendiri.

Politik.

Dunia yang satu ini masih dikuasai oleh generasi manusia-manusia kolot yang hampir menyejarah. Partai politik hanya riuh demi kepentingan diri dan kelompoknya belaka. Tak ada nilai-nilai luhur politik di negeri ini. Bahkan menurut Buya Syafii, politikus di negeri ini masyoritas hanya numpang makan dalam politik. Sehingga berkumpulah para penyamun di dunia yang satu ini.

Anak muda Jakarta muak dengan para penyamun yang menyelundup dalam dunia politik. Politik menjadi serangkaian penyelewengan nilai-nilai luhur. Padahal, anak-anak muda Jakarta tahu persis, bagaimana nilai-nilai luhur perpolitikan pernah hingga di kepala dan benak manusia unggul seperti Soekarno, Hatta, Syahrir, Agus Salim, Tan Malaka, Wahid Hasyim, dan masih banyak deretan nama yang tak mungkin dituliskan dalam puluhan lembar kertas.

Anak muda Jakarta ingin perubahan. Kesantunan politiki bukan sebuah tempat persembunyian nyaman bagi para munafiker's. Kesantunan politik harus mengemban nilai luhur pengabdian bangsa.

Mungkinkah ada pada generasi tua?

Jawabannya: Sudah tak mungkin lagi! Dan ketika jawaban demikian yang ditemukan oleh anak-anak muda Jakarta, maka mereka hampir saja apatis terhadap dunia politik. Mereka hampir saja tak peduli dengan dunia yang bernama: Politik. Politik sudah diidentikkan dengan kebusukan dan kemunafikan belaka, karena itu-itu terus yang dilihatnya di Senayan atau gedung lain yang ada anggota dewannya.

Sehingga, kemunculan pemimpin seperti Jokowi dan Ahok betul-betul menghentak. Menyadarkan kembali hasrat rapuh yang selama ini menghuni kepala anak-anak muda Jakarta. Jagad politik bergairah kembali. Karena politik sudah diisi dengan nurani.

Ketika Ahok menawarkan sebuah kejujuran dan tranparansi, anak-anak muda Jakarta terlihat lebih bergairah kembali. Mereka pun berkumpul dalam wadah "Teman Ahok". Merekalah kumpulan anak-anak muda yang merindu pada politik yang berkeadaban. Merekalah yang sedang mengusung dan berada dalam perubahan. Perubahan ke arah Jakarta yang lebih baik.

Selamat tinggal politik riuah penuh dagang! Dan selamat datang nurani sebagai penghias politik sehari-hari. Mari rebut politik dari para munafiker's!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun