Festival Film Pendek Indonesia, Kompas TV
[Sumber gambar dari Kompas.com]
Film pendek yang disutradai oleh Hariyanto, S. Kom., ini memang patut dihadiahi juara pertama untuk kategori pelajar. Cerita sederhana bisa dikemas menjadi tontonan yang apik sekaligus menarik. Film yang dibuat di SMK Muhammadiyah 1 Temanggung ini mampu menampilkan adegan-adegan yang menurut salah satu dewan juri, melintasi umur bahkan tak kalah dari sutradara-sutradara sinetron.
Film Surya The School Gans diaminkan oleh Yusuf sebagai pemeran utama film yaitu tokoh Surya. Surya, seorang anak kampung yang sudah ditinggalkan ayahnya (Marjono diperankan oleh Hariyanto) sehingga tak bisa melanjutkan sekolah. Surya tetap rajin berlatih beladiri walau sudah tak sekolah. Sampai akhirnya, ibunya diperankan dengan baik oleh Rita, mengabulkan cita-cita Surya untuk sekolah lagi.
Ketegangan mulai muncul di saat Surya melihat ada temannya yang dipalak oleh kakak kelasnya. Hati Surya yang masih putih merasa terpanggil untuk lebih tahu tentang aktivitsa liar di sekolahnya tersebut. Surya pun sengaja menemukan teman baiknya, Aldo (yang diperankan oleh Aprilian B) yang sedang dipalak. Mau tak mau Surya pun turun tangan. Ketegangan pun semakin memuncak. Saat kedua pemalak kalah jago saat ditekuk Surya.
Kedua anak genk itu pun mengancam akan melaporkan kepada bosnya. Dan betul, melalui anak perempuannya yang diperankan Leina S. sebagai Sabrina, Aldo bisa dibawa ke markas Bos (diperankan oleh Fuad Al Amin). Surya ditelepon untuk datang ke gudang jika ingin menyelamatkan Aldo, teman baiknya itu. Surya pun datang ke gudang. Di bagian depan Surya sudah dihadang oleh dua anggota genk. Surya bisa menaklukannya. Sampai akhirnya, Surya berhadapan dengan Bos sebagai klimaksnya. Bos pun dikalahkan walaupun dengan susah payah.
Pada saat itulah, Bos melihat ada tanda lahir di belakang telingan Surya yang langsung mengingatkannya kepada Marjono, kakak seperguruannya. Ternyata Surya memang anak dari kakak seperguruannya yang sudah pasti memiliki ilmu bela diri hebat. Cerita pun menurun.
Ternyata masih ada kisah yang cukup menghentak. Kenapa? Karena pemalakan-pemalakan yang dilakukan genk itu bukan untuk diri sendiri atau kelompoknya belaka. Ada sesuatu yang mulia di balik itu yaitu pembiayaan anak-anak terlantar. Sehingga, saat genk itu bertemu ayah Aldo yang kaya, ayah Aldo pun menyanggupi untuk membiayai kerja mulia kelompok itu untuk mendidik anak-anak kurang mampu.
***
Pada tahun ini Kompas TV mengadakan Festival Film Pendek Indonesia untuk yang kedua kalinya. Festival Film Pendek Indonesia pertama dilaksanakan Kompas TV pada tahun 2014 lalu. Tema festival kali ini “Indonesiaku, Kebanggaanku”. Kompas TV sengaja mengajak kepada kawula muda pencinta film untuk berbagi ide kreatif. Film diharapkan juga mampu menjadi media yang membangkitkan harapan.
Membanggai Indonesia tentu bukan dengan teriakan-teriakan. Apalagi kalau harus mengacu pada kacau balaunya Senayan. Membanggai Indonesia bisa melalui film-film pendek yang tidak menceramahi seakan telah menjadi manusia paling Indonesia. Membanggai Indonesia justru bisa dengan cara yang unik. Melihat Indonesia dari dunia paling kecil untuk memaknai Indonesia lebih baik.
Film-film pendek yang masuk dalam kancah Festival Film Pendek Indonesia mencapai lebih dari 200 film, menurut Deddy Risnanto, Vice Corporate Secretary Kompas TV, dalam siaran persnya.
[caption caption="Gambar diambil dari Admin Kompasiana]
Jumlah ini menunjukkan pada antusiasme yang tinggi dari para pecinta film pendek. Dan dari 200 film pendek yang masuk sejak pendaftaran festival dibuka pada 1 Oktober 2015 hingga berakhir 18 Desember 2015, dipilih 10 film terbaik untuk diputar dan ditonton bareng Kompasianer di Galery Indonesia Kaya, Grand Indonesia, pada Jumat, 22 Januari 2015.
Dari 5 Film terbaik untuk kategori pelajar, pemenangnya adalah SMK Muhamadiyah 1 Temanggung, Jawa Tengah, dengan judul film "Surya The School Gang" sebagai pemuncak alias juara pertama. Disusul film bertitel "Coblosan" sebagai juara kedua. Film "Coblosan" dibuat oleh siswa SMK Kurasari Purbalingga, Jawa Tengah. Dan film bertitel "Samin" yang diproduksi Sanggar Seni Sekar Tanjung berhasil meraih juara bontot.
Untuk kategori umum/mahasiswa, film bertitel "Bubar, Jalan!" menduduki rengking pertama (Insya Allah akan saya bahas pada tulisan berikutnya). Film ini diproduksi oleh Rumahku Films dari Kabupaten Garut. "Ojo Sok-Sokan" hanya mampu menduduki peringkat dua. Dan di paling ujung ada film bertitel "Opor Operan".
Ada fenomena cukup menarik dalam peristiwa pengumaman pemenang FFPI di Galery Indonesia Kaya kemarin. Hanya satu film unggulan yang lahir dari ibu kota. Dan itu pun hanya masuk 5 film terbaik. Selebihnya, film-film jagoan FFPI diraih oleh orang-orang daerah. Mungkinkah film Indonesia memang sedang tumbuh dari pinggiran? Semoga saja demikian. Karena Jakarta mungkin terlalu rapuh oleh bombardir film-film impor.
Kembali ke film yang sudah menjadi jawara di FFPI kedua yaitu film "SCG". Dari banyak hal, film ini memang memiliki keunggulan dibanding film lainnya. Dari segi cerita maupun pengambilan gambar. Sehingga, sangat layak kalau film ini menjadi jawara.
Nilai-nilai kehidupan diunggah dengan cara yang sangat mengesankan. Tidak menggurui. Dan dunia yang paling dekat dengan dunia pelajar adalah dunia genk. Ada yang meresahkan. Dan banyak yang merupakan kegiatan negatif. Melalui film SCG ini, diharapkan akan ada pembelajaran dari generasi muda untuk lebih berpikir kreatif. Juga mampu mencintai bela diri sebagai upaya untuk menegakkan keadilan.
Kalau gitu, kenapa gak nonton filmnya aja https://www.youtube.com/watch?v=cI34Zg3ArjE
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H