Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Drama Artikel Utama

Seekor Anjing dan Seorang Nenek Pengemis

2 April 2015   12:35 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:38 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anjing memejamkan mata.  Tidak tidur.  Seperti sedang mendengar kesah nenek pengemis yang mengelus dirinya sebagai timbal kebaikan.

PENGEMIS : Mereka kira, kita takut pada dua bedebah itu.  Padahal, coba kamu perhatikan dengan cermat.  Dua manusia botal yang mengaku intel itu selalu sembunyi dari kejaran kesalahan-kesalahan dirinya.  Hidup dan kesalahan mereka berdua, jika diperbandingkan, maka akan lebih panjang kesalahan-keslahannya.  Kamu tahu siapa yang lebih takut kan kalau sudah seperti ini?

Anjing mengangguk.

PENGEMIS :  Mereka berdua bahkan sering merasa kuat hanya karena telah menjadi pengikut iblis.  Padahal, iblis telah masuk ke dalam dirinya.  Mereka berdua sebetulnya hanya seekor iblis yang terbelah.  Segalanya sama.  Kecuali hidungnya.  Karena yang satu dulu pernah rajin salat.

Lalu angin bertiup.

PENGEMIS : Kemarin aku lempar mereka dengan batang kayu.  Lari terbirit-birit.  Tapi coba lihat saat mereka menghadapi rakyat kecil.  Terlihat beringas dan perkasa.

Anjing tertidur. Pulas.

PENGEMIS : Aku bosan hidup di negeri ini.  Seandainya aku bisa mati saat ini dan di sini.  Alangkah indahnya.

Lalu nenek pengemis itu terkulai.  Anjing terbangun.  Menciumi nenek itu.  Dengan kasihnya.  Seperti anak yang merasa akan ditinggal ibu untuk selamanya.  Ada air mata melesat di pipi anjing itu.

Anjing menengadah.  Seperti hendak protes kepada Tuhan.  Tapi kemudian dia urungkan.

ANJING :  Masih ada Tuhan kah di negeri ini?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Drama Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun