Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Anjing yang Mati di Tanah Abang

24 Maret 2015   12:01 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:08 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat aku tulis cerita ini, mungkin orang-orang Tanah Abang sendiri sudah melupakan peristiwa yang sudah hampir puluhan tahun terjadi ini.  Namun, cerita ini memang pernah melegenda dan aku mendengarnya dari kakekku yang sekarang sudah tenang di alamnya.

Hari masih amat muda.  Muazin yang bertugas melnatunkan azan subuh masih nungging di ujung mimpinya bersama bidadari yang tak pernah dilihatnya kecuali dari cerita ustad yang istrinya sudah menjelang empat jumlahnya.

Dari sebuah gang terdengar teriakan orang.  Dan dalam sekejap, gang itu penuh orang.  Semua berkerumun sebelum akhirnya membubarkan diri dengan tertib karena tkut didakwa macam-maca oleh polisi yang saat itu lebih suka melakukan kriminalisasi daripada ngelonin istri.

Waktu kakekku ikut melongokkan kepalanya, terlihat seekor anjing yang terbujur dengan mulut yang seperti sedang melafalkan doa.  Dan dari mulut yang terkesan sedang melafalkan doa itulah akhirnya berkembang cerita tentang anjing yang ingin menjadi singa.  Dan anjing yang ingin menjadi singa itu adalah anjing yang sekarang sudah terkulai dengan mulut seperti sedang melantunkan doa.

Banyak orang yang bilang, kalau anjing itu merupakan anjing jadi-jadian.  Kenapa?  Karena anjing itu sering berjalan berputar-putar di jalan Kebon Sirih.  Menurut primbon yang dibaca dengan asal-asalan oleh anjing itu saat bmasih berbentuk manusia, jika seekor anjing berjalan berputar-putar di Kebon Sirih maka ia akan menjadi singa.

Tapi sayang, setelah mondar mandir tanpa hitungan di Kebon Sirih, ia tetap saja menggonggong dan belum sanggup mengaup layaknya singa.  Anjing itu pun stres berat dan memutuskan untuk mati saja.  Dan jasad anjing itulah yang ditemukan pemulung di gang dekat rumah kakekku.

Gitu aja ceritanya, ya?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun