Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Salah Pemahaman Terhadap "Link and Match"

5 Maret 2013   04:35 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:18 5887
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

(2) pengembangan kemampuan berpikir kreatif.  Berpikir kritis hanya mampu mengajak seseorang untuk menemukan permasalahan.  Haruskah seorang lulusan dunia pendidikan hanya dididik mampu menemukan masalah?  Jelas tidak!  Sikap lanjutan dari kemampuan menemukan suatu permasalahan itu adalah kemampuan mencari alternatif.  Kemampuan memikirkan alternatif pemecahan masalah inilah yang dimaksud dengan kemampuan berpikir kreatif.  Semua lulusan, apakah lulusan STM, SMA, apalagi perguruan tinggi, harus mampu menemukan jalan keluar atau solusi dari permasalahan yang sudah ditemukan dalam kemampuan berpikir kritis.  Jika kemampuan berpikir solutif ini dikembangkan dalam dunia pendidikan, maka dunia pendidikan kita bukan hanya memiliki keberkaitan dan kebersepadanan dengan dunia kerja tapi lebih dari itu.  Dunia pendidikan bahkan sudah mampu menemukan "link and match"-nya dengan kehidupan.

(3) pengembangan kemampuan berpikir inovatif.  Langkah yang paling diperlukan dalam rangkaian berpikir adalah sebuah eksekusi.  Banyak permasalahan kehidupan ditemukan, banyak solusi ditawarkan, tapi semua itu kehilangan makna jika tak ada keberanian bertindak.  Kemampuan berpikir inovatif maksudnya adalah kemampuan menerapkan solusi-solusi itu dalam kehidupan nyata.  Ada jalan baru.  Ada harapan baru.  Ada sesuatu yang pas untuk masa depan kehidupan.  Lagi-lagi, jika hal ini dilakukan dalam dunia pendidikan, maka dunia pendidikan akan menjadi selaras dengan dunia kerja bahkan dunia kehidupan dalam arti luas.

Kedua, jangan pahami "link and match" hanya sebagai penyelarasan dunia pendidikan dengan dunia kerja.  Harusnya paradigma "link and match" ditarik lebih luas pada keberkaitan dan kebersepadanan dunia pendidikan dengan dunia kehidupan.  Apa yang dibutuhkan kehidupan pasti dibutuhkan oleh dunia kerja.  Sehingga, kalau hanya diacukan dengan dunia kerja, maka dunia pendidikan memang harus berduka.

Dunia pendidikan memang harus selaras dengan denyut kehidupan.  Tak ada yang bisa terpisah dari kehidupan ini.  Tapi, dunia pendidikan juga jangan hanya disempitkan menjadi lembaga pencetak tuklang yang "siap pakai" belaka.  Haruslah dunia pendidikan menyelaraskan dirinya dengan dunia kehidupan.  Itulah "link and match" yang sesungguhnya.

Semoga tulisan ini ada manfaatnya.  Amiiin!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun