Kenapa judulnya suporter sepakbola?
Ini jelas sebuah kesalahan. Karena saya yakin seyakin-yakinan, maksud topik ini adalah untuk perbaikan dunia persepakbolaan di negeri ini.  Tapi kenapa yang disasar suporter? Seakan-akan superter sepakbola di negeri ini brutal. Maka, syarat pertama dan utama untuk perbaikan dunia sepak bola di negeri ini sudah dengan enak saja menunjukkan telunjuk pongah pada suporter.
Betulkah suporter sepakbola rusuh?
Tidak! Sangat tidak! Bahkan sangat tidak sekali! Mau apa lagi? Apa saya perlu membubuhkan tanda seru sepuluh sebagai bukti sangat ketidakannya?
Suporter sepakbola rusuh karena sepak bola tak pernah benar. Seandainya sepak bola sudah menjadi tontonan yang menghibur, maka suporter akan bernyanyi dengan lengggak-lenggok. Tak ada kerusuhan. Jangan kerusuhuan, mimpi akan ada kerusuhan saja tak akan mungkin bisa.
Tapi suguhan sepak bola yang ada di negeri ini? Saya tak usah mengulasnya. Membosankan! Kalau saya punya kekuasaan saya akan bubarkan pengurus PSSI. Akan saya angkat orang-orang yang hidup, makan, bahkan bermimpi mati di rumput lapangan. Bukan para avonturir politis menjijikan itu!
Wasit juga saya didik untuk adil. Tanpa pandang bulu, meski mereka tak punya bulu atau bahkan bulunya terlalu banyak. Yang jelas mereka tak boleh takut siapa pun. Pemain yang berani mengumpat, langsung kartu merah. Tanpa pertimbangan apa pun lagi. Jika keroyokan? Polisi sudah disiapkan di pinggir lapangan. Bukan untuk menonton gratis, tapi polisi yang terpanggil tugas untuk negeri. Pemukulan akan dimasukan penjara. Titik.
Terus suporter?
Biarkan saja. Suporter kita baik kok. Mereka tak akan membela pengurus PSSI yang gak becus. Mereka tak akan membela wasit yang curang. Mereka tak akan membela pemain yang sok jagoan.
Siapa bilang suporter kita rusuh jika permainan di lapangan dan di kantor PSSI sudah baik? Maka, judulnya sepertinya harus diganti segera. Kasihan para suporter kita yang baik-baik itu. Sudah miskin, digebukin, mati pula.
Hah!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H