Mengapa ibu Prita layak dihukum?
Pertama, untuk menunjukkan bahwa hukum di negeri ini memang sudah bobrok sebobrok-bobroknya sehingga seorang ibu rumah tangga yang mengeluh akan pelayanan sebuah rumah sakit dipenjara. Biar rakyat Indonesia semakin melek lagi. Biar ada revolusi. Tunggu saatnya nanti.
Kedua, hakim memang bukan Tuhan. Sehingga kita tak boleh memutlakkan hakim. Hakim harus diawasi. Termasuk hakim agung di mahkamah agung. Komisi Yudisial, teruskan kritikmu terhadap MA. Buka borok-boroknya. Kalau mereka malah menyerang balik jika diawasi, ajak kami-kami untuk menghadapinya. Rakyat tak pernah rela negaranya diacak-acak oleh siapa pun. Mari kita awasi hakim, semuanya tanpa kecuali. Biar KPK kebingungan menangkap yang mana duluan.
Ketiga, biar rakyat memiliki landasan untuk melakukan revolusi. Reformasi hanya menghasilkan badut-badut. Sekalian aja revolusi. Biar kita susah bareng-bareng. Terlalu keenakan para pemimpin kita. Berebut peluang untuk pada korupsi. Sementara kami harus bekerja keras mencari sesuap nasi.
Keempat, biar rakyat memiliki landasan untuk melakukan revolusi. Reformasi hanya menghasilkan badut-badut. Sekalian aja revolusi. Biar kita susah bareng-bareng. Terlalu keenakan para pemimpin kita. Berebut peluang untuk pada korupsi. Sementara kami harus bekerja keras mencari sesuap nasi.
Kelima, biar rakyat memiliki landasan untuk melakukan revolusi. Reformasi hanya menghasilkan badut-badut. Sekalian aja revolusi. Biar kita susah bareng-bareng. Terlalu keenakan para pemimpin kita. Berebut peluang untuk pada korupsi. Sementara kami harus bekerja keras mencari sesuap nasi.
hehehe .... becanda....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H