Malam itu masih sepi. Â Karena gerimis baru reda. Â Dan mungkin orang-orang baru pulang kerja. Â Wilayah pinggiran kota, jadi banyakan ditinggali pekerja yang gajinya tak sebarapa. Â Pulang sudah lelah karena harus naik turun kendaraan entah berapa kali. Â Sampai akhirnya bisa berjumpa anak istri.
"Aku tahu semua!" teriak laki-laki itu.
Laki-laki botak keluar rumah. Â Dia yang pertama memergoki lagi-laki yang entah berasal dari mana dan terus berteriak kalau dirinya tahu semua.
"Aku tahu semua!" teriak laki-laki di depan pos ronda kepada laki-laki botak yang memergokinya.
Laki-laki botak hanya tersenyum. Â Sambil melempar tuduhan, "Paling orang gila yang kemarin numpang tidur di pos ronda".
Laki-laki botak hendak memutar tubuh untuk kembali menikmati sepinya dalam rumah. Â Saat mendadak laki-laki yang tadi berteraik lari dan menghadangnya.
"Ada apa?" tanya laki-laki botak agak marah.
"Aku tahu semuanya," kata laki-laki tak dikenal yang sejak sore duduk di pos ronda dan kemudian mulai berteriak akan pengetahuannya.
"Apa yang kamu tahu?" laki-laki botak mengendurkan kemarahannya sambil membuka rasa penasaran yang menjangkiti hatinya.
"Kuburan orang-orang hilang yang selama ini dicari-cari," tambah laki-laki itu.
"Terus apa hubungannya denganku?" tanya laki-laki botak.
"Semua orang harus tahu."
"Kenapa?"
"Karena aku ingin memberitahunya."
"Kamu pasti bohong."
"Salah."
"Maksudmu?"
"Aku gila."
Laki-laki botak pun langsung masuk rumah. Â Ia tak mau banyak bicara dengan orang mengaku gila. Â Orang gila biasanya tak sadar kalau dirinya gila, kalau ada orang yang sadar dirinya gila, maka kegilaannya sudah melebihi 1000 persen.
Laki-laki yang mengaku dirinya tahu kuburan orang hilang pun kecewa. Â Ia pergi. Â Entah ke mana. Â Karena sampai kini dia juga hilang.
Sampai akhirnya nongol di sebuah setasiun televisi dan masih meneriakan hal yang sama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H