Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Politik Kebangsaan Ahok dan FPI

24 September 2014   00:27 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:46 410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ahok sudah selesai dengan dirinya sendiri.  Pengabdian pada pemerintahan bukan lagi untuk menumpuk kekayaan demi kesenangan dirinya.  Ahok lebih memperhatikan rakyat yang dipimpinnya.

Ahok juga sudah selesai dengan keluarganya.  Ahok tak takut resiko ketegasannya pada keluarga.  Ahok menyandarkan keluarganya kepada Tuhan.  kalau Tuhan berkehendak, tak akan ada yang bisa melawannya.

Ternyata, Ahok juga sudah selesai dengan partainya.  Ahok menyatakan keluar dari partai yang telah mengantarkannya ke kursi nomor dua di DKI.  Karena Ahok merasa rakyat yang telah menjadikannya sebagai wagub.  Maka, hanya demi kepentingan rakyatlah dia berdiri.  bahkan ketika dia harus berhadapan dengan partai dan DPRD.

Politik Ahok sepertinya sudah menjadi politik kebangsaan.  Polirik yang tidak terkurung oleh apa pun kecuali oleh kerangka besar bangsa Indonesia.  Coba saja bandingkan dengan politik para anggota DPR yang mencoba menggolkan kepentingan partai (atau lebih tepat segelintir elite partai) dengan cara berhadapan dengan rakyat diwakilinya sekali pun.  Politik yang terkdang tampak menjijikan dan kotor itu.

Tapi, politik kebangsaan Ahok harus berhadapan politik sempit yang sedang diusung oleh FPI.  Dengan mengatasnamakan Islam FPI mencoba mendobrak politik kebangsaan Ahok.  Walau pun dengan bungkusan yang terlihat rapi tapi bisa tercium kurang sedap itu.

Banyak kelompok yang tak suka dengan sepak terjang Ahok yang selalu berdiri di pintu gerbang konstitusi yang juga berarti berdiri membela warga negeri ini yang selama ini dibiarkan oleh negera yang seharusnya membelanya.  Rakyat yang dulu diacuhkan sekarang mendapat tempat untuk lebih baik, ternyata mengusik banyak kepentingan.  Dengan banyak cara mereka mengusik itu.

Akankah kita biarkan Ahok sendiri dalam poltik kebangsaannya?  Sebagai warga Jakarta yang masih bernurani, seharusnya kita membelanya atas nama politik kebangsaan yang selama ini sudah sulit ditemui di negeri ini di tengah membangkitnya politik kotor penuh intrik para elite partai politik.

Semua oase yang harus dijaga dari para pengganggu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun