Sepontong senja dia panggul ke mana-mana
katanya, ia tak rela kalau ada yang memuji senja
padahal senja telah dibeli olehnya
Sepotong matahari ia lucuti
dan ditaruhnya rapi dalam laci
katanya, matahari itu tak boleh ada yang menikmatinya lagi
karena matahari sudah menjadi miliknya kini
Sepotong hari ia umpetin di sakunya
kalau ia tertawa, hari nongol-nongol dari dalam sakunya
seperti hendak minggat tapi mukanya malah lusuh
terbenani takut yang banyak bergelayut
Seorang jendral yang rakus
telah gila karena ambisinya
dan merasa segalanya milik pribadi
yang lain tak boleh ada lagi
Sekarang ia selalu tertawa
mengulum dendam yang ia sangka telah menjadi Tuhannya
disembah dan dipuja-puja
Entah sampai kapan.....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H