Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jokowi dan Belenggu Partai Koalisi

29 Januari 2015   16:53 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:09 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Partai koalisi, dalam hal ini koalisi indonesia hebat, hanyalah partai pengusung.  Jangan beranggapan lebih dari itu.  Apalagi kalau kemudian merasa terlalu berjasa.  Lalu  meminta balasan atas segalanya.

Kenapa Jokowi-JK memenangkan pilpres?

Jawabannya karena dua sosok mereka yang lebih mewakili aspirasi rakyat.  Rakyat memilih karena sosok sederhana penuh santun itu.  Apalagi selama ini dua sosok itu memiliki latar sebagai orang yang sigap dalam mengambil keputusan dan sekaligus tepat untuk masa depan negeri ini. Rakyatlah yang dengan sukarela memilih mereka.  Sama sekali bukan faktor partai pengusung.

Ada peran partai.  Tapi dalam persentase hanyalah pada bilangan dibawah puluhan.  Rakyat sudah jenuh dengan tingkah polah orang partai.  Bahkan sudah begitu menggurita keinginan agar partai-partai itu dibubarkan saja kalau partai pun hanya menjadi ajang kepentingan para ketuanya saja.

Dan sekarang kita merasakan.  Betapa partai-partai itu memjadi beban.  Koalisi pengusung Jokowi meminta jatah kabinet.  Tak apa.  Menjadi maslah jika orang yang diajukan bukan orang bersih apalagi orang terbaik.  Partai lebih senang mengusulkan orang-orangnya ketua umum.

Dan persoalan muncul ketika partai koalisi pendukung malah mengatur presiden.  Sebagaimana terlihat dari penunjukkan Jaksa Agung dan Kapolri.  Partai koalisi tampak lebih menentukan dari seorang presiden.  Bahkan ketika presiden harus berhadapan dengan rakyat dan nuraninya.

Jokowi sedang dibelenggu oleh koalisi pengusung.  Padahal rakyat yang telah memilih dan memenangkannya.  Tapi partai pendukung malah merasa terlalu berjasa.

Maka, kita harus bantu presiden untuk melawan badut-badut tak lucu yang bukan hanya ingin menghancurkan presiden tapi juga akan menghancurkan negeri ini.  Kita, rakyat negeri harus sadar sesadar-sadarkanya jika nurani presiden sedang dipertaruhkan berhadapan dengan partai koalisi pengusung sekaligus juga partai opoisi yang memang dari niatannya hendak menghancurkan apa pun dari presiden.  Presiden sedang terjepit.  Rakyat harus bangkit dan membantunya mengatasi manusia angkara murka yang dengan jelas-jelas tak punya nurani dan melawan kehendak rakyat.

100 hari pemerintahan Jokowi-JK, kita masih percaya keniatbaikannya.  Mari kita bantu presiden melawan para angkaramurkawan yang bersembunyi di partai-partai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun