Di era digital yang terus berkembang, platform media sosial seperti TikTok dan Instagram tidak hanya menjadi tempat hiburan tetapi juga sebagai cermin bagi isu-isu kesehatan mental yang dihadapi oleh generasi muda. Dua tren yang mencuri perhatian baru-baru ini adalah "Brain Rot" di TikTok dan "Being Mean to Myself" di Instagram, yang keduanya menggambarkan bagaimana media sosial mempengaruhi kehidupan sehari-hari dan pentingnya menjaga kesehatan mental.
Tren "Brain Rot" di TikTok
"Brain Rot" adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan bagaimana konsumsi konten yang berlebihan di media sosial, khususnya TikTok, dapat mempengaruhi kemampuan berpikir dan keterampilan percakapan seseorang. Dalam tren ini, pengguna TikTok membagikan video dengan teks overlay yang menunjukkan betapa absurdnya percakapan mereka akibat terlalu banyak menghabiskan waktu di platform tersebut. Contohnya, seseorang mungkin memposting video yang menunjukkan bagaimana mereka kesulitan untuk berbicara dengan normal setelah terlalu banyak mengonsumsi meme atau video viral.
Fenomena ini mencerminkan kekhawatiran nyata tentang dampak jangka panjang dari konsumsi media sosial yang berlebihan. Menurut sebuah studi, terlalu banyak menghabiskan waktu di media sosial dapat menyebabkan gangguan pada fungsi kognitif dan memperburuk gejala kecemasan dan depresi. Oleh karena itu, tren "Brain Rot" tidak hanya menjadi lelucon tetapi juga pengingat bagi banyak orang untuk lebih bijak dalam menggunakan waktu mereka di media sosial.
Kampanye Self-Love: "Being Mean to Myself" di Instagram
Di sisi lain, tren "Being Mean to Myself" di Instagram menyoroti pentingnya self-love dan bagaimana kita sering kali menjadi kritikus terberat bagi diri sendiri. Dalam tren ini, pengguna memposting video dengan teks overlay yang menggambarkan momen ketika mereka bersikap kasar pada diri sendiri, kemudian beralih ke gambar atau video diri mereka di masa kecil. Pesan yang disampaikan adalah bahwa berbuat kasar pada diri sendiri sama dengan berbuat kasar pada versi diri kita yang lebih muda dan tak bersalah.
Tren ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya berbicara dengan lembut kepada diri sendiri dan memperlakukan diri dengan kasih sayang yang sama seperti yang kita berikan kepada orang lain. Mengingat peningkatan masalah kesehatan mental di kalangan generasi muda, kampanye ini memberikan dukungan moral dan mendorong individu untuk lebih mencintai dan menerima diri mereka sendiri apa adanya.
Menghadapi Tantangan Kesehatan Mental di Era Digital
Kedua tren ini, meskipun berasal dari platform yang berbeda, memberikan pandangan yang mendalam tentang bagaimana generasi muda berjuang dengan dan mengatasi tantangan kesehatan mental di era digital. Ini adalah pengingat bahwa di balik setiap layar ada individu yang mengalami naik turunnya kehidupan dan penting bagi kita semua untuk mendukung satu sama lain dalam perjalanan ini.
Untuk mengatasi dampak negatif dari penggunaan media sosial, para ahli merekomendasikan beberapa strategi seperti menetapkan batasan waktu penggunaan, mengambil jeda dari layar, dan mencari kegiatan offline yang menyenangkan. Selain itu, berbicara secara terbuka tentang kesehatan mental dan mencari dukungan ketika diperlukan dapat membantu mengurangi stigma dan mendorong pemulihan.
Dengan memahami dan mendiskusikan tren seperti "Brain Rot" dan "Being Mean to Myself," kita dapat mulai menciptakan lingkungan digital yang lebih sehat dan mendukung bagi semua orang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H