Mohon tunggu...
Mochamad Rifki Julvian
Mochamad Rifki Julvian Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Pelajar

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Pemersatu dari Biak

20 November 2021   10:36 Diperbarui: 20 November 2021   10:40 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Lelaki berambut ikal duduk di kursi rumahnya melamun seperti sedang gelisah, Seketika di dalam rumahnya terdengar tangisan seorang bayi, Lelaki itu pun bergegas masuk ke dalam rumahnya. Ternyata ia gelisah menunggu istrinya melahirkan anak mereka, dan anak itu diberikan nama Frans Kaisiepo.

Delapan tahun berlalu, di Biak Papua, Frans Kaisiepo bermain bersama anak-anak lainnya, mereka saling bercanda dan saling bertanya cita cita mereka di masa depan. "Apa cita-citamu nanti kalau sudah besar?" kata seorang anak pada Frans,"aku ingin menjadi guru" jawab Frans dengan lantang, "wah kamu hebat sekali" pujian dari teman temannya.

Beberapa tahun kemudian, Frans sekolah di guru agama Kristen di Manokwari dan kursus pegawai Papua (Papua Bestuur School) di kota NICA, kabupaten Jayapura. Pada saat Frans datang ke sekolah kursus pegawai, Frans melihat kerumunan yang disebabkan perkelahian, Frans berlari mendekati dan melerai perkelahian tersebut, "Berhenti! Kenapa kalian berkelahi disekolah? Sekolah itu tempat belajar bukan berkelahi." Kata Frans sambil menarik satu orang yang berkelahi. Dan mereka pun akhirnya saling meminta maaf.

Esoknya seseorang mendatangi Frans dan berterima kasih pada Frans, orang itu bernama Sugoro Atmoprasodjo, dia adalah orang yang berkelahi kemarin, Frans pun tersenyum dan berkata " iya sama-sama, kita kan kesekolah untuk belajar, memangnya apa yang menyebabkan perkelahian itu?" Frans bertanya karena ia penasaran " aku tidak suka orang itu, dia selalu saja menghinaku" kata Sugoro dengan nada kesal "mengina? Kenapa dia menghina kamu?" tanya Frans " dia berfikir aku tidak bisa menjadi orang yang bisa membebaskan negara ini" ucap Sugoro dengan percaya diri, " wah kita punya impian yang sama untuk negeri ini, ayo kita sama-sama mengubah negeri ini menjadi lebih baik" ucap Frans dengan semangat.

Hari demi hari Frans dan Sugoro menjadi dekat, mereka melalui banyak hal bersama, mereka saling bercerita tentang keinginan mereka dan saing menghargai keinginan mereka masing-masing, Frans dan Sugoro mereka mengajarkan Masyarakat tentang nasionalisme, hari demi hari karena Frans merasa dirugikan karena penjajahan, Frans berdiskusi dengan Sugoro untuk membuat Indonesia terbebas dari penjajah.

Beberapa hari setelah itu, mereka dengan cepat menemukan titik temu karena dukungan bersama mereka untuk kemerdekaan Indonesia. Frans dan Sugoro sering mengadakan pertemuan rahasia untuk membahas aneksasi nugini Belanda oleh Republik Indonesia. Suatu hari, ketika Papua masih diduduki oleh Belanda, Frans termasuk salah satu orang yang menegakkan eksistensi Republik Indonesia dan orang pertama yang mengibarkan Bendera Merah Putih dan menyanyikan lagu Indonesia Raya di Papua.

Setelah selesai, ada seorang wanita yang mendatangi Frans, wanita Tersebut bernama Anthomina Arwam, wanita tersebut kagum dengan Frans, "wah kau hebat sekali, siapa namamu?" kata wanita itu, " terimakasih, aku Frans Kaisiepo, aku ingin menjadikan Irian sebagai bagiandari negara Indonesia" jawab Frans, "lalu siapa namamu?" tanya Frans kepada wanita itu, " aku Anthomina Arwam" jawab wanita itu sambil mengasongkan tangannya, Frans pun berkenalan dengan Arwam, disitulah awal kedekatan mereka.

Frans dan Arwam menjadi dekat, mereka sering mengobrol membicarakan suatu yang tidak diketahui dan banyak lainnya, suatu hari Frans dan Arwam berjalan jalan berdua, " Frans, apakah kamu memiliki orang yang kamu sukai?" tanya Arwam, " aku seperti sedang merasakan itu" jawab Frans malu malu, " Siapa orang yang kamu sukai Frans?" sedikit kesal, " sebenarnya, aku menyukai mu Arwam" jawab Frans sambil memegang tangan Arwam, sedikit kaget "aku juga Frans, aku juga menyukaimu" jawab Arwam, setelah itu, mereka merencanakan pernikahan.

Setelah menikah, Frans dan Arwam memiliki tiga orang anak, mereka hidup dengan sederhana di Biak, pada suatu hari, Arwam dan Frans sedang mengobrol berdua, " Frans, jika aku sudah tiada, kamu harus tetap menyatukan Papua dengan Indonesia" kata Arwam, " Jangan berkata seperti itu Arwam, kau dan aku akan bersama sama menyatukan tanah Papua dengan Indonesia." Jawab Frans sambil mengengam tangan Arwam, hari sudah malam, mereka pun tidur bersama di kamar, saat pagi tiba Frans terheran karena Arwam tak kunjung bangun, " Arwam, kenapa kamu tidak bangun?" tanya Frans, namun tak ada jawaban dari Arwam, ternyata Arwam telah meninggal, Frans sangatlah bersedih, Sugoro mencoba menghibur Frans, Sugoro mengingatkan Frans tentang apa yang Arwam inginkan sebelum kematiannya, akhirnya Frans tersadar. Frans dan Sugoro pun kembali lagi melakukan pertemuan rahasia.
 
Ketika sedang  melakukan pertemuan rahasia bersama Sugoro, Frans memberitahu pada Sugoro bahwa ia diutus untuk mewakili Nugini Belanda,"Hebat sekali kamu Frans, kamu berhasil !" Kata Sugoro menjabat tangan Frans, " terimakasih Sugoro, kita berhasil" ucap Frans. Pada Juli 1964, Frans berangkat menjadi utusan Nugini Belanda dan satu-satunya orang asli Papua pada konferensi Malino di Sulawesi Selatan.

Pada saat konferensi Malino, sebagai juru bicara, Frans menyarankan wilayah itu disebut "Irian", Frans menjelaskan kata "Irian" itu berarti " tempat yang panas" dalam bahasa Biak. Tak lama setelah konferensi Malino, pada bulan yang sama, Frans mendirikan Partai Indonesia Merdeka di Biak, dengan lukas Rumkoren terpilih sebagai pemimpin partai tersebut. Frans dan kawan kawannya merencanakan pengibaran bendera merah putih Indonesia untuk memperingati hari kemerdekaan.

Pada Agustus 1947, Frans Kaisiepo dan yang lainnya melakukan pengibaran bendera merah putih Indonesia dengan Silas Papare sebagai pemimpin pengibaran tersebut, Frans dan yang lainnya sangat antusias mengikuti pengibaran bendera Indonesia tersebut, namun ketika sedang melakukan pengibaran bendera, polisi Belanda datang dan menangkap semua peserta pengibaran bendera tersebut. Mereka dikurung lebih dari Tiga bulan. Selama itu, Frans dan Johan Ariks mengambil peran Papare. Johans kemudian mengetahui rencana untuk mengintegrasikan Irian Barat sebagai wilayah Indonesia, alih-alih mengembangkan otonominya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun