Mohon tunggu...
M Iqbal M
M Iqbal M Mohon Tunggu... Seniman - Art Consciousness, Writter, and Design Illustrator.

Kontak saya di Instagram: @mochmad.iqbal.m

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Antagonisme Komunal

13 Juli 2021   23:15 Diperbarui: 13 Juli 2021   23:24 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Oleh: M.Iqbal.M

Seseorang yang menarik diri dari sebuah lingkaran/tongkrongan bukan berarti ia pasif (pasif dalam arti harfiah) atau bahkan sombong. Sebab bisa saja ia tidak bersimpati dengan yang dilakukan oleh orang-orang di lingkaran tersebut lantaran ada simulakrum relasi kuasa yang destruktif, dekaden dan akumulatif serta adanya invisible hand yang bermain dibelakang orang tersebut.

Tapi sayangnya, orang-orang yang ada dilingkaran/didalam tongkrongan di indonesia (penduduk yang rendah kognitif dan spiritus, bahkan tinggi afektif-destruktif) seringkali berpikiran negatif dahulu kepada orang yang menarik diri semacam itu, tanpa bisa mengkoreksi dirinya sendiri dari berbagai perspektif dan solusi sintesis yang arif, lantaran dangkalnya pola pikir, tumpulnya analisa, dan sempitnya perspektif hermeneutis, bahkan ditataran logika saja gagal mengidentifikasi sesuatu secara kausal maupun determinan.

Apalagi, bahkan tidak hanya faktor diatas, ada juga orang yang di dalam lingkaran/tongkrongan yang secara sadar ingin mengeluarkan orang lain dari lingkaran/tongkrongan lantaran secara personal tidak menyukai orang lain tersebut, karena ia menganggap orang lain tersebut terlalu sempurna sebagai manusia, sehingga ia iri dengannya. Kemudian koar-koar mencari-cari kesalahan tanpa bukti konkret/tanpa membuka mediasi dan bahkan menambah-nambah isu dengan orang-orang yang ada dilingkaran/tongkrongan ketika orang yang tak ia sukai tersebut sedang tidak ada/berada dilingkaran/tongkrongan tersebut.

Itulah orang-orang yang hanya menjadi beban untuk orang lain; para kerumun yang hidup diatas penderitaan orang lain secara kultural; orang-orang yang tenggelam dalam kesenangan-kesenangan komunal dan menggunakan kekuatan massa untuk mengebiri orang lain yang dirasa lebih sempurna dari para kerumun itu sendiri; atau dengan kata lain, para kerumun yang membuat kita tertawa ketika kita melihatnya atau beririsan dengannya.

Terlepas dari itu, jika sebuah lingkaran/tongkrongan merupakan kumpulan dari orang-orang yang berteman dengan tulus, ketika timbul sebuah persoalan, mereka pasti akan memperbaiki persoalan tersebut secara sopan, halus, pelan-pelan, mediatif, sekaligus saling memaafkan dan memahami, bahkan sebelum berdialog, mereka tidak mengucapkan kalimat frontal dan konfrontatif; cenderung menggunakan kalimat yang implisit terlebih dahulu.

Contoh diatas inilah orang-orang yang sangat tulus menjalin pertemanan, sehingga yang selalu mereka khawatirkan ialah putusnya simpati pertemanan. Sangat berbeda halnya dengan orang-orang yang dari awal sudah tidak menyukai, sehingga yang dicari adalah justru putusnya simpati pertemanan. Itulah absurditas orang-orang non-asketis yang tenggelam dalam riuhnya kerumunan. Orang-orang nomad absurd yang gagal melampaui kecarut-marutan, sehingga senantiasa diperbudak oleh abstraksi dekadensi dunia.

*Glosarium:

-Spiritus: konsep nurani yang berbeda dengan sisi afeksi atau sisi sentimen-emosial

-Simulakrum: realitas yang dibuat utk tujuan tertentu yang bersifat negatif

-Sintesis: sebuah jalan tengah untuk solusi yg mutual dalam sebuah dialog yang pelik dan tak ada jalan keluar

-Hermeneutis: metode melihat/menafsirkan sesuatu secara luas, komprehensif dan holistik untuk tujuan menemukan persepsi yang arif

-Determinan: peran sejarah dalam membentuk fenomena

-Asketis: sebuah upaya meminimalisir kehendak atau mengendalikannya secara arif

-Nomad absurd: keadaan berubah-ubah oleh kekacauan yang tidak sama sekali tidak kondusif dan arif

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun