Mohon tunggu...
M Iqbal M
M Iqbal M Mohon Tunggu... Seniman - Akademisi, Penulis, Seniman, dan Kurator Independen

Alumnus perguruan tinggi seni yang kini sedang melanjutkan studi Magister di perguruan tinggi seni di kota yang berbeda. Kerap menulis esai seputar filsafat, sastra, seni, dan menulis pengantar kuratorial dalam berbagai pameran. Aktif menciptakan karya seni rupa, performance art, mengorganisir acara-acara kesenian, serta mengajar seni rupa di beberapa sekolah dan sanggar seni. Surel: mochamadiqbal909@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ketika Poser Intoleran Datang

22 Januari 2021   10:39 Diperbarui: 22 Januari 2021   10:46 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Oleh: M.Iqbal.M

Bila saya meredefinisi term poser dalam diskursus progresifitas sosial, maka bisa dikatakan bahwa poser adalah seorang yang tak tahu apa-apa, tapi sok tahu tentang kehidupan personal orang lain, dan gemar merendahkan orang lain. Padahal dirinya sendiri salah kaprah dan cacat logika (tidak kontekstual, kausal dan holistik dalam melihat sesuatu).

Ditambah lagi ia sulit di edukasi/diajak dialog--lantaran malas/tergesa-gesa dalam melihat sesuatu--dan hanya bisa kerja, kerja, kerja, serta berteriak lawan, lawan, lawan, tanpa mau berupaya cari pengetahuan demi memperoleh "suatu kesadaran baru" sekaligus berefleksi/merenung. Atau setidaknya bertanya/minta edukasi pada kawan yang cukup berpengetahuan. Kendati begitu, hal semacam itu tentu tak apa-apa dan bukan sebuah masalah bagi saya, sebab itu pilihan personal hidupnya.

Tapi jika orang yang semacam itu tak mau mengerti secara mendalam kondisi personal kawannya dan langsung menyakiti hati kawannya dengan cara merendahkan martabatnya, maka konfrontasilah jawabannya !. Tak ada toleransi untuk orang yang intoleran !. Eh, enggak ding, tidak perlu menanggapi orang yang tidak sadar. Justru orang yang seperti itu patut untuk kita kasihani.

-The End-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun