Oleh: M.Iqbal.M
Ospek membuat orang menjadi tertekan secara psikologis. Apa yang terjadi jika psikologis anda tertekan ?, tentu saja sistem imun/kekebalan tubuh akan turun. Itu artinya, anda akan mudah terserang berbagai penyakit, salah satunya covid-19. Jika demikian, maka rantai penyebaran covid-19 tidak akan pernah bisa berhenti. Jadi, HAPUS OSPEK !, LAWAN PENINDASAN !. –(Deklarasi Kemanusiaan).
Sekiranya kita tidak terpaku atau dibutakan oleh istilah/definisi ospek yang merupakan akronim/kependekan dari Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus maupun segala macam istilah gantinya, entah itu Disma, LKDT, Makrab, dst.
Sebab, yang lebih penting dari istilah dan definisi ialah fakta lapangan. Tentu saja definisi ospek itu sepintas terdengar baik. Tetapi lihat saja fakta lapangan yang ada seringkali teramat buruk. Jadi, lebih baik hapuskan saja ospek. Lagipula tidak terlalu bermanfaat untuk keberlangsungan mahasiswa dalam berstudi maupun untuk kehidupannya di masyarakat nanti.
*Untuk melihat artikel saya selengkapnya tentang betapa tidak bermanfaatnya ospek, bahkan justru menimbulkan hal negatif, bisa anda lihat di: https://www.kompasiana.com/mochamadiqbalm/5f5feb20097f3630516d0743/hapuskan-ospek-hapuskan-pendidikan-indoktriner-yang-menindas-lawan-premanisme-dan-pembodohan-di-lingkup-akademiÂ
Bahkan mengikuti kegiatan ospek ialah merupakan suatu ancaman baru dari berbagai ancaman dan tekanan hidup. Mengapa ospek menjadi sebuah ancaman?.Â
Coba lihat saja fakta lapangan dari pemberlakuan ospek (atau saat ini ospek virtual) yang seringkali menyuguhkan konten-konten yang penuh dengan tekanan, contohnya adalah ucapan-ucapan kotor dan membentak-bentak, sehingga membuat psikologis mahasiswa baru merasa terancam, bahkan depresi dan komplikasi berbagai penyakit, termasuk covid-19.
Padahal, mahasiswa baru sudah mempunyai banyak tekanan hidup, apalagi di tengah pandemi seperti sekarang ini; mulai dari ketidakbebasan/membatasi ruang gerak lantaran menjalankan himbauan #dirumahaja, ancaman dari serangan virus, sampai dengan tekanan dari susahnya mencari uang demi membiayai kehidupan seharinya dan kuliahnya.
Itu semua beban yang ditanggung oleh kebanyakan dari mahasiswa baru. Lalu mengapa ingin menambah beban, dan tekanan dengan tetap memberlakukan kegiatan ospek ?.
Bukankah orang-orang yang masih memberlakukan ospek semacam itu ialah orang yang berpikiran sempit dan picik, serta tidak punya hati nurani dan pantas untuk dilawan ?. Lantaran telah merampas kemerdekaan orang lain sekaligus menggiring seseorang agar imunitas tubuhnya turun dan akhirnya berpotensi terinfeksi virus atau bahkan bisa memperpanjang rantai penyebaran virus covid-19.
JIka berjalannya sistem pendidikan kita seperti itu adanya, maka pendidikan kita masihlah tidak berbeda dengan pendidikan ala Penjajahan Belanda (groentjes) dan Jepang (puronko) ataupun ala Orde Baru, yang masih mengusung pendidikan berunsur senioritas, dominatif, semi-militeristik dan indoktriner, bahkan waktu penjajahan tersebut, mahasiswa baru digunduli dengan dalih 'pengenalan'.