Belajar dari Kasus Blunder Gus Miftah dengan Penjual Es Teh:Â Pentingnya Kata-Kata, Bahasa Tubuh, dan Sikap Respek dalam Komunikasi
Oleh : Mochamad Ichsan Rafi RamadhanÂ
Komunikasi merupakan elemen penting dalam kehidupan sehari-hari. Setiap elemen komunikasi, termasuk kata-kata, bahasa tubuh, dan sikap respek, memainkan peran penting dalam penyampaian pesan. Komunikasi efektif memegang peran kunci untuk membangun hubungan yang harmonis baik dalam hubungan intrapersonal maupun interpersonal. Namun, komunikasi yang tidak tepat dapat menimbulkan kesalahpahaman, konflik, hingga kerusakan citra diri, seperti yang terlihat pada kasus Gus Miftah dengan seorang penjual es teh. Kasus blunder ini bermula ketika Gus Miftah, memberikan komentar yang dinilai kurang menghargai seorang pedagang es teh dalam sebuah pernyataan yang viral di media sosial. Kejadian ini menarik perhatian publik, yang menimbulkan kontroversi di media sosial, bahkan viral hingga Negeri Jiran. Tidak sedikit juga public figure, influencer, bahkan Presiden Indonesa, Prabowo Subianto, hingga Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim, mengomentari peristiwa ini, mengingat Gus Miftah merupakan pendakwah sekaligus juga public figure yang terkenal. Apa yang sebenarnya terjadi, dan pelajaran apa yang bisa kita ambil dari peristiwa ini?
Kronologi kasusÂ
Pada acara sholawatan di Lapangan Drh Soepardi, Sawitan, Kabupaten Magelang, Rabu, 20 November lalu, Gus Miftah berinteraksi dengan seorang penjual es teh bernama Sunhaji. Gus Miftah memanggil Sunhaji, seorang penjual es teh, ke atas panggung. Dalam interaksi tersebut, Gus Miftah berkata, "Es tehmu ijek okeh ora (es tehmu masih banyak nggak)? Masih? Yo kono didol (ya sana dijual), goblok," lanjunyaÂ
"Dol en ndisik, ngko lak rung payu yo wes, takdir (Jual dulu, nanti kalau masih belum laku, ya sudah, takdir),"
"Kowe ki dodolan es teh kok ora payu-payu, piye toh?" (Kamu ini jualan es teh kok tidak laku-laku, bagaimana sih?). Sunhaji, sang penjual es teh, terlihat hanya terdiam dan tersenyum kecil, sementara jamaah di sekitar tertawa. Video interaksi ini kemudian viral di media sosial, memicu berbagai reaksi dari netizen yang menilai tindakan Gus Miftah sebagai bentuk penghinaan terhadap pedagang kecil.
Reaksi Publik hingga Tokoh TerkenalÂ
Setelah video tersebut menyebar luas dan viral, banyak netizen mengkritik sikap Gus Miftah yang dianggap tidak menghormati pedagang kecil. Beberapa komentar di media sosial menyatakan kekecewaan dan meminta Gus Miftah untuk meminta maaf secara terbuka. Menanggapi hal ini, Gus Miftah akhirnya menyampaikan permintaan maaf kepada Sunhaji dan publik. Ia mengakui kesalahannya dan menyatakan bahwa ucapannya tersebut hanyalah candaan yang tidak bermaksud merendahkan.
Selain itu, tokoh-tokoh ternama juga memberikan komentar terkait insiden ini. Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim, menyatakan bahwa tindakan Gus Miftah merupakan contoh sikap angkuh yang tidak seharusnya ditunjukkan oleh seorang pendakwah. Anwar menyoroti bahwa penjual es teh termasuk golongan orang-orang kurang mampu, dan penghinaan terhadap mereka adalah tindakan yang tidak pantas. Sementara itu, Presiden Indonesia, Prabowo Subianto, melalui juru bicaranya, menyatakan bahwa tindakan Gus Miftah tidak mencerminkan nilai-nilai yang diharapkan dari seorang utusan khusus presiden. Prabowo menekankan pentingnya sikap respek dan empati dalam setiap interaksi, terutama bagi tokoh publik yang menjadi panutan masyarakat
Analisis komunikasi: Mengapa Ini Penting untuk Dibahas?