Mohon tunggu...
Mochamad Fahim
Mochamad Fahim Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Menulis apa yang didengar, dilihat, dirasakan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Hari Statistik Nasional : Tiada Hari Tanpa Statistik

26 September 2013   06:26 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:23 390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Barangkali tidak banyak dari kita yang tau kalau tanggal 26 September setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Statistik Nasional, yang kemudian disingkat menjadi HSN.

Barangkali kekurangtauan (untuk tidak menyebut kekurangsadaran) tentang adanya Hari Statistik Nasional dikarenakan bagi sebagian (besar) masyarakat kita statistik barangkali tidak menarik. Tidak menarik yang mungkin saja dikarenakan enggan untuk mengetahui lebih dalam apa dan bagaimana statistik itu. Mencakup kegunaannya, pentingnya dan peran statistik dalam sisi kehidupan masing-masing masyarakat.

Kata statistik sepertinya lebih dikenal oleh mereka yang pernah mengenyam bangku perguruan tinggi, karena umumnya statistik menjadi salah satu mata kuliah yang harus diambil. Itupun, kesan yang muncul umumnya adalah bahwa statistik itu tidak menarik, cenderung njlimet. Wajar karena perkenalan mereka dengan statistik melalui cara yang mengharuskan mereka mengernyitkan dahi berjibaku dengan rumus-rumus matematik yang rumit. Karena statistik sendiri merupakan salah cabang dalam matematika.

Kesan rumit dan njlimet tentang statistik lebih diakibatkan karena perkenalan dengan statistik dilakukan dari sisi teoritis. Padahal praktisnya dalam keseharian kita, hampir kita melewatinya tanpa meninggalkan statistik.

Tiada Hari Tanpa Statistik

Kalau statistik dari sisi teori dikenal rumit dan njlimet. Nyatanya dalam keseharian kita, praktik statistik selalu kita lakukan. Mari kita cermati.

Para pedagang di pasar tiap hari menghitung berapa untung rugi dari barang dagangannya. Menghitung rata-rata penjualan tiap hari selama sebulan atau seminggu. Bicara rata-rata berarti bicara statistik. Karena dalam statistik kita belajar tentang rata-rata.

“Sudah dua hari ini hujan, besok pasti hujan”. Kutipan kata-kata tadi mengandung unsur statistik, yaitu peramalan, peramalan dengan metode naïve. Meramalkan bahwa besok hujan, karena sudah dua hari ini hujan. Karena dalam statistik kita belajar tetang peramalan atau forecasting.

“wah hebat dia, yang lain dapat nilai C, cuma dia sendirian dapat nilai A”. Dalam statistik, kasus mendapat nilai A sendirian dalam statistik disebut pencilan (outlier).

Beberapa aktivitas keseharian di atas adalah contoh aktivitas yang menerapkan statistik menggunakan ukuran statistik yang boleh dibilang sederhana, yaitu menggunakan ukuran-ukuran statistik rata-rata, melakukan peramalan sederhana dengan metode naïve, dan mendeteksi data pencilan (outlier).

Praktik statistik yang lebih rumit sekalipun sebenarnya sudah sangat biasa dilakukan oleh masyarakat kita sehari-hari, oleh ibu rumah tangga ketika masak. Proses statistik itu adalah melakukan sebuah survei. Anda mungkin terkaget-kaget, ibu rumah tangga ternyata kalau memasak itu menggunakan ilmu statistik.

Ibu-ibu waktu memasak umumnya –dan hampir selalu- mencicipi masakannya sebelum dihidangkan. Katakan si ibu ingin memastikan apakah kuah sayurnya sudah pas atau belum rasanya. Si ibu pasti akan mengambil beberapa sendok untuk memastikan rasanya. Bukan semuanya satu panci dicicip. Setelah merasa rasa beberapa sendok tadi sudah enak, si ibu berkesimpulan bahwa sayur satu panci sudah enak rasanya.

Langkah yang dilakukan si ibu dengan mencicipi beberapa sendok untuk memastikan rasa sayurnya dalam satu panci menggambarkan bahwa si ibu sudah menerapkan ilmu statistik dalam aktivitas memasaknya. Dan itu dilakukan oleh ibu-ibu di manapun setiap hari. Proses penerapan ilmu statistik serupa juga dilakukan dalam proses hitung cepat atau quick count. (Baca: Quick Count itu Survei).

Proses statistik seperti contoh-contoh di atas yang kemudian menghasilkan apa yang disebut dengan data. Data yang diolah kemudian akan menjadi informasi.

Statistik dalam Berbagai Sisi Kehidupan

Proses statistik juga selalu digunakan dalam tataran kehidupan bernegara. Hampir tiap keputusan penting selalu melibatkan proses statistik. Statistik kemudian menempati posisi strategis dalam tiap pengambilan keputusan, yaitu sebagai alat pengambilan keputusan. Statistik juga sekarang selalu dijadikan sebagai alat evaluasi suatu program atau kebijakan. Hampir dalam tiap pidato Laporan Pertangggungjawaban (LPJ) kepala daerah selalu menggunakan data, dimana data merupakan hasil dari proses statistik. Bahkan pidato kenegaraan yang dibacakan oleh presiden selalu menggunakan data statistik.

Dalam bidang akademis, statistik kerap kali digunakan dalam penyusunan karya ilmiah dan kegiatan penelitian dalam berbagai disiplin ilmu lainnya, semisal: kedokteran, biologi, ekonomi, dan disiplin ilmu lainnya.

Dalam bidang bisnis, proses statistik hampir selalu digunakan dalam pengambilan keputusan terkait penjualan, pemasaran, proses produksi (kontrol kualitas) bahkan terkait dengan kebijakan dalam level manajemen.

Menilik pada uraian-uraian sebelumnya, tampak bahwa proses statistik sudah sangat dekat dengan kegiatan keseharian kita. Baik yang dengan sadar kita menggunakannya dengan berdasar pada kaidah statistik menurut keilmuan (bersandar pada teori dalam mengaplikasikannya), maupun yang tanpa sadar kita menggunakannya tanpa mendasarkan pada teori.

Apapun itu, kita tidak bisa memungkiri bahwa statistik menempati posisi dan mengambil peran penting dalam keseharian kita. Tidak salah kiranya kalau saya menyebut: TIADA HARI TANPA STATISTIK.

SELAMAT HARI STATISTIK NASIONAL 26 SEPTEMBER 2013.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun