Joshua yang terlalu sibuk sesampainya dimedan perang menjadi sangat jarang mengunjungi Irene begitu pula sebaliknya, Joshua sebaik mungkin bekerja menciptakan alat yang memiliki sedikit resiko kematian atau bahkan kerugian untuk negaranya. Irene yang disibukkan oleh prajurit yang semakin banyak berdatangan ke tenda Kesehatan meminta perawatan, setelah mendapatkan keringanan karna terus-terusan bekerja seminggu suntuk ia pun pergi ke tenda makan "Sudah lama tidak mengunjungi Joshua, sebaiknya aku mendatangi tendanya untuk menanyakan kabarnya sekalian membawakan masakan kesukaannya,"
Satu porsi makanan sudah berada ditangannya dalam bungkus kotak bekal berukir indah yang tampak dibungkus dengan hati-hati. Irene berjalan menuju tenda Dimana Joshua berada sambil menyapa prajurit maupun perawat dengan ramah, sesampainya disana kotak bekalnya terjatuh saat menyingkap tirai. Air mata mengalir dari pelupuk mata Irene, dilihatnya Joshua sedang menggenggam tangan Wanita cantik yang ia tidak kenal. "J-joshua?" Irene terisak dan pergi meninggalkan tenda dengan perasaan kalut tak karuan.
Joshua yang panik berusaha memanggil Irene untuk meluruskan kesalah pahaman, namun puan yang dipanggil sudah menghilang ditengah keramaian. Joshua mendatangi tenda tempat Irene bertugas, tapi ternyata ia tidak menemukan irene disana. Mendekati salah satu perawat disana lalu bertanya "apakah kamu melihat Irene?" perawat itu Nampak berpikir sejenak kemudian membalas, "Irene baru saja berkemas dan pulang karena katanya ia sedang sakit dan ingin fokus memulihkan diri dirumah.
Joshua yang mendengar itu hanya terdiam karena ia tidak dapat keluar dari medan perang sebelum perang usai. Ia kemudian pergi ketendanya dan menulis surat untuk Irene berisi permintaan maaf dan meluruskan kesalah pahaman. Wanita yang ia genggam saat itu sebenarnya adalah Wanita paruh baya yang menangis karena kehilangan anaknya, Joshua saat itu hanya berusaha menenangkannya.
Walau tau suratnya pasti akan datang terlambat ketangan Irene ia tetap mengirimkannya. Mau tak mau Joshua harus fokus merancang peralatan tempur dan mengatur strategi agar mereka cepat berhasil mengalahkan musuh, ia ingin Kembali ke kota Monty dan menemui Irene.
Saat sedang memikirkan strategi dari belakang punggung melesat peluru kedap suara menargetkan Jantungnya, Joshua yang lengah saat itu akhirnya tertembak. Disisi lain, Irene baru saja mendapatkan surat dari Joshua. Setelah kesalah pahamannya diluruskan, dia merasa bersalah meninggalkan Joshua sendirian dan berniat pergi kembali ke medan perang.
Kakinya mengarahkannya ke pasar untuk membeli sekadar oleh-oleh untuk Joshua, sayup sayup terdengar Wanita paruh baya yang sedang berlari membiarkan buah yang ia beli terguling dari keranjangnya. "TUAN JOSHUA TERTEMBAK DAN TERBUNUH," teriak Wanita itu ditengah-tengah kerumunan warga. Ekspresi mereka ada yang sedih, panik hingga kecewa, semuanya meminta kejelasan.
"ANAKKU MELIHATNYA DARI JENDELA, ia ingin mendatangi Joshua berniat membantu. Namun, siapa sangka ia malah melihat peluru melesat menembak jantung Joshua" ujar Wanita tua itu sambil menyeka keringatnya karna berlari. Mendengar itu jantung Irene terasa berhenti, segera ia tumpangi kuda milik pedagang dan melaju menuju medan perang, pikirannya berkecamuk tidak karuan. "Ya tuhan, aku memohon padamu tunjukkanlah kuasa mu," Doa Irene memohon kepada tuha, bahwa rumor yang ia dengar adalah kebohongan.
Sampailah ia ditenda basecamp Joshua, air yang sudah berada di pelupuk matanya kini mengalir deras. Ketika sepasang Netra indah melihat gudukan tertutup kain, Ia terjatuh kemudian menangis dengan pilu "Joshua, aku minta maaf. Jangan tinggalkan aku," Sebuah tangan mendarat dibahu Irene yang sedang menangis tersedu-sedu. "Irene?" Mendengar suara berat yang sangat familiar di telinganya, ia segera menoleh kearah sumber suara.Â
Betapa terkejutnya Irene, Objek yang ia tangisi berada didepannya dalam keadaan sehat "JOSHUA?" Ia berlari kepelukan Joshua. "Kau masih hidup?" Joshua terkekeh, "tentu saja, aku tidak tertembak kok. Aku memakai pelindung dibalik bajuku, ini bagian dari penelitianku. Untungnya berguna," Joshua melanjutkan, "aku sengaja membuat keributan untuk mengelabui musuh, yang kau tangisi itu juga hanya tumpukan gandum," Joshua tertawa jenaka sembari mengusap surai Irene lembut dan mengajaknya berdiri.
"Irene, sebenarnya aku sudah lama menyimpan perasaan padamu, berhubung baru saja aku meraih kemenangan perang itu artinya aku akan Kembali kesisimu," rona merah menjalar dipipi Irene, menenggelamkan dirinya dibahu Joshua. Melepas Rengkuhannya, kemudian berkata "Maukah kamu menikah denganku Irene Ederwais?" Irene mengangguk malu-malu. "Tentu saja Tuan Muda Joshua Van Eeden," kini di jemari lentik Irene terpatri cincin emas dengan berlian ditengahnya.