Mohon tunggu...
Mochamad Aldy
Mochamad Aldy Mohon Tunggu... Lainnya - Pembelajar

Seorang mahasiswa yang baru saja mencoba berkarya dalam dunia sastra di Kompasiana. Salam kenal!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Membingkai McDonaldisasi pada Fourth of July

1 Juli 2022   23:57 Diperbarui: 2 Juli 2022   00:02 658
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

McDonaldisasi ini begitu dikenal dengan prinsip-prinsip restoran cepat sajinya yang konsisten diterapkan. Salah satu prinsipnya adalah mengenai efisiensi. Efisiensi dalam bidang pekerjaan juga banyak sekali ditemukan. Salah satunya yaitu sejumlah pekerja yang diberikan tugas khusus dengan dibantu dengan ketersediaan teknologi modern. Dengan dibantunya pekerjaan manusia dengan teknologi yang modern, maka konsep kerja pun dituntut agar dapat lebih sederhana dan mudah. Akibat dari ini,  berbagai hal yang kita lakukan dituntut agar lebih praktis dan cepat. Dengan perkembangan zaman dan teknologi yang pesat, masyarakat saat ini dapat mengakses semua kebutuhan mereka secara online. Belanja yang semula hanya bisa dilakukan secara offline sekarang bisa dilakukan secara online melalui e-commerce. Begitu juga dengan membeli makan, saat ini semua tempat makan telah memiliki layanan delivery atau akrab disebut go-food di negara kita. 

Seperti juga di restoran cepat saji, kuantitas lebih diutamakan daripada kualitas. Dalam sistem McDonalisasi, kecepatan yang diutamakan agar memperoleh efisiensi. Maka dari itu, para pekerja dituntut untuk serba cepat, atau 'buru-buru' dalam menggunakan waktunya sebaik mungkin. Sehingga produk yang diciptakan menjadi produk cepat dan instan. Namun, dikarenakan tuntutan kecepatan inilah akhirnya mengakibatkan berkurangnya kualitas produk yang diciptakan. 

Prinsip yang selanjutnya dilihat dari McDonaldisasi yaitu prediktabilitas. Pada proses ini kita dapat menyimpulkan bahwa sesuatu dapat diprediksi dengan mudah. Seperti halnya dengan sinetron-sinetron di Indonesia dengan ending yang mudah ditebak. Karena demi terciptanya suatu efisiensi, akhirnya media massa menyeragamkan isi tayangan. Sehingga masyarakat pun dapat dengan mudahnya menebak isi dari suatu berita. 

Prinsip selanjutnya yang berhubungan dengan pergantian sistem kerja manusia yang diganti dengan sistem mesin. Demi meningkatkan kuantitas kerja, maka di maksimalkanlah kerja mesin untuk mengganti atau mengatasi keterbatasan manusia. Seperti halnya sekarang di McD dan KFC sudah menggunakan mesin saat akan memesan makanan, dan sudah menggunakan sistem kasir digital. Ketika kita ingin mencuci baju sudah ada mesin pencuci baju. Bahkan saat kita akan menabung uang pun juga langsung bisa ke ATM terdekat. Dengan adanya McDonaldisasi juga menjadikan masyarakat Indonesia lebih rasional dalam melakukan apapun. 

Prinsip yang terakhir yaitu mengenai irasionalitas di atas rasionalitas. Kita tahu bahwa tenaga manusia sudah tergantikan lama dengan tenaga mesin yang membuat akhirnya manusia yang tidak bisa hidup tanpa mesin. Jika tidak ada mesin, pekerjaan manusia tidak bisa optimal dan tidak mulus pekerjaannya jika tidak dibantu oleh mesin. Pekerja dituntut untuk bekerja sampai larut malam dan mahasiswa dituntut untuk lulus tepat waktu dengan nilai sempurna. Semua hal dipaksakan untuk dibentuk sesempurna mungkin agar dapat dianggap sesuai dengan standar rasionalitas. Ini mengakibat rasionalitas menjadi irasionalitas. Manusia akhirnya tidak bisa menikmati perannya sebagai layaknya manusia, tetapi mereka dituntut untuk harus mengikuti standar rasionalitas. 

Seiring berkembangnya zaman dan bertumbuhnya manusia juga diikuti dengan perkembangan teknologi.  Teknologi yang berkembang saat ini memudahkan manusia untuk menjalani kegiatannya sehari-hari. Sebelum teknologi berkembang, masyarakat kita dulu jika hendak mendapatkan makanan harus bepergian dahulu dan mendatangi restorannya. Tetapi, usaha sebesar itu tidak dibutuhkan lagi saat ini. Kita hanya diam saja di rumah, dan orang lain yang akan mengantarkan makanan itu ke kita. Jasa itu disebut dengan Ojek Online (OJOL). Dengan adanya ojol, memudahkah masyarakat Indonesia dalam bepergian, mengirim barang, maupun memesan makanan. Hingga membuat masyarakat kita yang sekarang ingin semuanya serba cepat, mudah, dan gampang. 

Jika ditarik garis besar, globalisasi mengajarkan masyarakat akan pentingnya dan perlunya efisiensi dalam kehidupan. Dengan majunya pola hidup dan teknologi, tujuan dalam hidup semakin bertambah sehingga waktu yang dimiliki untuk beraktivitas semakin sempit. Salah satu bentuk efisiensi dalam hidup bisa dilihat dari munculnya restoran-restoran cepat saji. Masyarakat yang sibuk tentu sangat menghargai hadirnya restoran cepat saji, dikarenakan cepatnya pelayanan serta proses diiringi dengan kualitas produk yang tetap baik dan terjaga. Konsep praktis dan efisien dari perusahaan cepat saji ini lah yang menjadi fenomena gaya hidup bagi masyarakat modern dengan julukan McDonaldisasi. 

Fenomena McDonaldisasi sangat sering dijumpai di era ini. Seperti, penggunaan pembayaran non-tunai di berbagai macam tempat, pemesanan secara mandiri melalui barcode, rapat melalui aplikasi komunikasi, dan penetapan peraturan dalam dunia kerja. Fenomena ini tidak hanya merubah pola hidup, namun pola pikir masyarakat juga ikut berubah menjadi lebih rasional dan terfokus. Dalam artian, masyarakat mengalami peningkatan efisiensi, kalkulasi, prediktabilitas, dan kontrol dalam hidup. Pola pikir baru ini terlihat bagus jika dilihat secara kasat mata, dikarenakan pola pikir McDonaldisasi menyebabkan masyarakat menjadi lebih giat dan ambisius dalam meraih tujuan mereka.

Selayaknya magnet yang memiliki sisi positif dan negatif, fenomena ini juga memiliki sisi positif dan negatif pada mereka yang menerapkannya dalam hidup. Penerapan pola hidup McDonaldisasi yang rasional dan berfokus pada target menimbulkan percepatan dalam perkembangan sains, teknologi, dan inovasi. Namun, dibalik cepatnya perkembangan hidup, fenomena ini dikhawatirkan menyebabkan hal yang semula bersifat rasional menjadi irasional. Dikarenakan tidak ada lagi cinta dan passion dalam melakukan pekerjaan, McDonaldisasi memiliki potensi menggeser nilai birokrasi. Dalam fenomena ini, McDonaldisasi menerapkan beberapa prinsip yaitu efisiensi, kuantitas di atas kualitas, prediktabilitas, pergantian sistem kerja manusia yang diganti dengan sistem mesin, dan irasionalitas di atas rasionalitas. 

Dengan itu semua, sebuah pertanyaan pada akhirnya muncul. Apakah fenomena McDonaldisasi ini merupakan sebuah upaya nyata untuk melangkah lebih mantap ke arah masa depan yang cemerlang, atau justru hanyalah sebuah revolusi yang menawarkan ancaman?  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun