Mohon tunggu...
Mochamad Anas
Mochamad Anas Mohon Tunggu... Freelancer - Creator

Pejalan Perjalanan Diperjalankan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Dewasa Tak Seindah Itu

24 Agustus 2023   16:43 Diperbarui: 24 Agustus 2023   16:45 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Dewasa memang tak seindah itu. Semakin kamu dewasa, semakin kamu dituntut untuk selalu terlihat baik-baik saja, meski kamu sedang sehancur-hancurnya. Iyaa, dewasa memang tak seindah itu.

Dewasa Tak Seindah Itu

Aku ingat dulu
pernah bermimpi indah menjadi seorang dewasa.
Ada kebebasan tanpa batas,
dalam dunia yang begitu luas.
Namun kini aku sadar,
dewasa tak seindah itu.
Ada yang namanya luka,
dan kepedihan yang tak terduga.
Harapan tinggi yang kubangun menjulang,
pun ditepis kenyataan dengan duka dalam ragam.

Dewasa memang tak seindah itu.
Ada juga hati yang terjebak lara,
hanya perihal urusan rasa.
Namun aku juga sadar,
menjadi dewasa tak selalu berarti sempurna.

Sebagai seorang manusia,
rasa takut pasti ada.
Bahkan mungkin sangat sering singgah.
Khawatir terhadap rasa, pun sama.
Apalagi rasa yang diharap bahagia,
namun berakhir dengan duka.

Rupanya menjadi dewasa memang tak seindah itu.
Begitu banyak waktu yang terburu, luka yang terpaku,
juga haru yang tak kunjung bertamu.

Namun dibalik dewasa yang tak seindah itu,
ada tantangan yang dihadapi dengan kebijaksanaan.
Ada juga ketangguhan emosional yang dibangun dengan perlahan,
serta cara bangkit yang ditemukan setelah jatuh berulang.

Dewasa memang tidaklah berarti sempurna.
Ada kelemahan dan ketidaksempurnaan
yang membuat kita disebut manusia.
Namun dalam perjalanan kehidupan,
ada yang namanya tumbuh dan berkembang.
Menjadi kuat, bijaksana,
dan lebih siap menghadapi yang akan datang.

Walau dewasa tak seindah itu,
masih ada kebahagiaan yang menunggu untuk diciptakan.
Kedewasaan adalah perjalanan yang tak pernah berakhir,
meski hidup sudah menemui takdir.

Terima kasih buat kamu sudah meluangkan waktumu yang berharga untuk membaca sedikit banyak dari tulisan saya. Tulisan ini juga ada versi audionya di kanal youtube jagadmanas, atau tonton video di bawah ini :


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun