Aku ingin bercerita tentang seseorang yang pernah singgah, walau tidak selamanya. Namun ini bukanlah tentang kecewa, hanya perasaan merinduku saja. Karena bagiku, semua ingatan tentangnya adalah bahagia. Karena aku bahagia, pernah memilikinya.Â
Dia Pernah Singgah Walau Tidak Selamanya
Kata demi kata telah kubaca.
Sampai akhirnya,
dalam figura kenangan muncul sebuah foto lama.
Kenangan yang saat aku memikirkannya,
air mata pun tak dapat lagi menemukan kendalinya.
Karena faktanya,
yang kumiliki sekarang hanya kenangannya saja.
Dia pernah singgah, walau tidak selamanya.
Iya, dia memang pernah singgah.
Dan iya, memang tidak untuk selamanya.
Karena aku tahu, memang tidak ada yang selamanya.
Semuanya, pasti akan menemukan batas waktunya.
Tapi asal tahu saja, itu pasti membekas selamanya.
Dia bukan datang tiba-tiba, ataupun tanpa diminta.
Dia memang pernah ada,
mungkin juga bisa dibilang selalu ada.
Dan kepergiannya, bukan salah dia,
juga bukan salah siapa saja.
Hanya saja,
dia sudah menemukan batas waktunya.
Sedangkan aku,
hanya yang ditinggalkannya saja.
Aku tidak pernah merasa kecewa.
Sampai kapanpun tidak akan pernah.
Bahkan tidak akan pernah rela,
larut dalam rasa kecewa.
Karena memang,
ini bukan tentang kecewa.
Ini hanya perasaan merinduku saja.
Bagiku,
semua ingatan tentangnya,
adalah bahagia.
Karena aku bahagia,
pernah memilikinya.
Setiap kali teringat tentangnya, terulang kembali semuanya.
Rekaman dalam ingatan,
kembali terputar seketika.
Tawa ceria, peluk hangatnya,
perasaan yang kita bagi bersama,
bahkan air mata bahagia yang jatuh ke pipinya,
dengan jelas aku mengingatnya.
Mungkin itu pertama kalinya,
aku melihatnya meneteskan air mata bahagia.
Bahkan saat aku menulis ini dengan mengingatnya,
mataku pun turut serta mengenangnya.
Kepergiannya, bukanlah akhir dari segalanya.
Meskipun semua tinggal kenangan belaka,
aku tidak akan pernah ingin melupakannya.
Aku memilih untuk menjaganya,
sebagai bagian yang berharga.
Bahkan aku mintakan pada Tuhan,
jangan hapus kenangan tentangnya.