Mohon tunggu...
Mochamad Anas
Mochamad Anas Mohon Tunggu... Freelancer - Creator

Pejalan Perjalanan Diperjalankan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Dia Pernah Singgah, Walau Tidak Selamanya

29 Juli 2023   15:34 Diperbarui: 29 Juli 2023   15:50 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku ingin bercerita tentang seseorang yang pernah singgah, walau tidak selamanya. Namun ini bukanlah tentang kecewa, hanya perasaan merinduku saja. Karena bagiku, semua ingatan tentangnya adalah bahagia. Karena aku bahagia, pernah memilikinya. 

Dia Pernah Singgah Walau Tidak Selamanya

Kata demi kata telah kubaca.
Sampai akhirnya,
dalam figura kenangan muncul sebuah foto lama.
Kenangan yang saat aku memikirkannya,
air mata pun tak dapat lagi menemukan kendalinya.
Karena faktanya,
yang kumiliki sekarang hanya kenangannya saja.

Dia pernah singgah, walau tidak selamanya.

Iya, dia memang pernah singgah.
Dan iya, memang tidak untuk selamanya.
Karena aku tahu, memang tidak ada yang selamanya.
Semuanya, pasti akan menemukan batas waktunya.
Tapi asal tahu saja, itu pasti membekas selamanya.

Dia bukan datang tiba-tiba, ataupun tanpa diminta.
Dia memang pernah ada,
mungkin juga bisa dibilang selalu ada.
Dan kepergiannya, bukan salah dia,
juga bukan salah siapa saja.
Hanya saja,
dia sudah menemukan batas waktunya.
Sedangkan aku,
hanya yang ditinggalkannya saja.

Aku tidak pernah merasa kecewa.
Sampai kapanpun tidak akan pernah.
Bahkan tidak akan pernah rela,
larut dalam rasa kecewa.
Karena memang,
ini bukan tentang kecewa.
Ini hanya perasaan merinduku saja.

Bagiku,
semua ingatan tentangnya,
adalah bahagia.
Karena aku bahagia,
pernah memilikinya.

Setiap kali teringat tentangnya, terulang kembali semuanya.

Rekaman dalam ingatan,
kembali terputar seketika.
Tawa ceria, peluk hangatnya,
perasaan yang kita bagi bersama,
bahkan air mata bahagia yang jatuh ke pipinya,
dengan jelas aku mengingatnya.

Mungkin itu pertama kalinya,
aku melihatnya meneteskan air mata bahagia.
Bahkan saat aku menulis ini dengan mengingatnya,
mataku pun turut serta mengenangnya.

Kepergiannya, bukanlah akhir dari segalanya.
Meskipun semua tinggal kenangan belaka,
aku tidak akan pernah ingin melupakannya.
Aku memilih untuk menjaganya,
sebagai bagian yang berharga.
Bahkan aku mintakan pada Tuhan,
jangan hapus kenangan tentangnya.

Karena tentangnya,
segalanya bermula.
Sekarang aku hanya bisa berterima kasih padanya.
Terima kasih pernah singgah,
walau tak selamanya.

Terima kasih telah meninggalkan kenangan yang membekas selamanya.
Sambil merasakan figura kenangan dengan sebuah foto lama,
aku membiarkan rindu menetap dalam selamanya,
sebagai pengingat bahwa kau pernah ada.

Terima kasih buat kamu sudah meluangkan waktumu yang berharga untuk membaca sedikit banyak dari tulisan saya. Tulisan ini juga ada versi audionya di kanal youtube jagadmanas, atau tonton video di bawah ini :


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun