Mohon tunggu...
mochamad luthfi
mochamad luthfi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - warga sipil yang terus berjuang untuk hidup
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pernah lugu pernah lucu dan tak bijaksana dalam merawat cita-cita. Seorang pecinta alam yang naik gunung nitip ke teman. yang terbaik jadi manis, dan pahit tak jadi tangis

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur

Liquid Whale Dream & Bagaimana Semua Bermula

12 Januari 2023   14:22 Diperbarui: 12 Januari 2023   14:37 911
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bicara soal fokus, ketika umumnya liquid brand mendesain flavour produk berdasarkan dua 'kategori induk', yakni antara kategori fruity atau creamy, Whale Dream sudah duluan jauh lebih spesifik -- untuk urusan spesialisasi rasa berdasarkan sub kategori tertentu.

Tak tanggung-tanggung, Whale Dream mengerucutkan kategori flavour mereka hingga sebanyak 5 (lima) sub-kategori. Dari kategori induk creamy, Whale Dream mengerucutkan opsi flavour mereka menjadi sub-kategori cake. Dari sub ini, cake dikerucutkan lagi menjadi sub-cake, yaitu cheese tart. Lebih kerucut lagi, cheese tart dibuat sub-nya lagi dengan memilih Hokkaido Cheese Tart. Seakan masih belum cukup spesifik, cheese tart khas Jepang ini Whale Dream kerucutkan lagi menjadi Hokkaido Strawberry Cheese Tart.

Tak hanya sebatas detil dan spesifik, kelima sub-kategori ini Whale Dream tentukan juga berdasarkan kualitas rasa -- sebab tidak semua flavour dari sub-sub kategori tersebut punya rasa yang enak dan cocok dijadikan produk e-liquid. Namun yang pasti, dalam industri vape, masih sangat jarang ditemui, proses pengerucutan konsep flavour yang sedetil dan se-sistematik ini.

Baca: Shandy Pradana: Sosok di Balik Liquid Whale Dream

Bisa dibilang, inilah alasan Whale Dream selalu memerlukan riset dan pengembangan sedemikian lama -- sehingga memutuskan untuk merilis satu varian rasa saja untuk termin satu tahun. Di samping itu, proses ini juga jadi penyebab Whale Dream lebih mudah diterima di pasaran -- sebab Whale Dream tak hanya menjual kualitas rasa, namun juga menawarkan kualitas dari karakter flavour- nya itu sendiri; sehingga wajar bila tidak ada tandingannya.

"Proses menggapai impian suatu brand agar berhasil menjadi trendsetter, pasti berbeda dengan pola dan proses untuk sebatas jadi follower. Pada Whale Dream, diskusi intensif antara saya, Echa, dan tim kreatif Whale Dream itu sendiri, memang perlu dilakukan sebanyak dan sesering mungkin. Belum lagi proses lain, seperti meng-update tren pasar, analisa produk-produk viral, sampai menjalankan research & development secara rutin dan berkala. Semua ini menjadi tahap-tahap yang bagi saya tidak boleh hilang. Apalagi jika tujuannya ingin memproduksi liquid dengan karakter yang otentik," beber Shandy tentang kondisi 'dapur' Whale Dream.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun