Mohon tunggu...
Moch Aldy MA
Moch Aldy MA Mohon Tunggu... Mahasiswa - .

Redaktur Omong-Omong Media

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Si Pemberontak Camus: Mitos Sisifus, Bunuh Diri, Leap of Faith dan Keabsurdan yang Tulus

18 Februari 2021   15:08 Diperbarui: 18 Februari 2021   15:21 4028
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Apa itu pemberontak? Seseorang yang mengatakan tidak." -Albert Camus

Sepanjang sejarah "per-filsafat-an", Camus adalah salah satu atau mungkin satu-satunya filsuf absurd. Ia juga sering dilabeli sebagai penulis, pemikir eksistensialis, hingga anarko-sindikalis. Namun Camus dengan tegas menolak sebutan penulis atau filsuf eksistensialis, apalagi seorang absurdis. Dan pada kenyataanya, sepertinya ia lebih suka untuk tidak diberi julukan apa pun, kecuali "Pemberontak".

Satu yang jelas darinya adalah fakta bahwa ia berdarah Prancis dan Spanyol, juga dilahirkan di Aljazair.  Dalam konteks pemikiran, ia juga agaknya berbeda dari para filsuf lain, bahkan dengan filsuf seperti Soren Kierkegaard, Friedrich Nietzsche hingga Jean-Paul Sartre yang bertopang pada aliran eksistensialis.

Distingsi yang jelas antara Camus dengan para filsuf eksistensialis adalah perkara makna. Sebab, beberapa filsuf eksistensialis seperti Kierkegaard dan Nietzsche, menekankan makna pada setiap individu.

Pendek kata, keduanya mengharuskan manusia agar lekas memaknai hidupnya. Dengan kata lain, kita sebagai manusia diharuskan untuk menjalani kehidupan dengan penuh makna atau esensi.

Layaknya Kierkegaard yang mentransfigurasi makna segala eksistensi (meski ironi) pada dimensi ilahi, dan Nietzsche yang meledakan setiap tragedi dengan makna Amorfati-nya yang melegenda.

Tapi Camus adalah anomali. Ia adalah jalan lain, tepatnya jalan pintas pemikiran filosofis. Di antara bumi yang terus berputar cepat, roda-roda pemikiran yang mengharuskan manusia untuk hidup dengan penuh makna dan beberapa manusia yang lari dari absurditas, Camus menghadapi hari dengan tangan kosong.

Camus juga berkata bahwa kehidupan sudah cukup ganjil, pandir, aneh, abnormal juga absurd. Secara tidak langsung, Camus menganggap bahwa setiap manusia tetap dapat hidup dengan nirmakna, alias nirguna pun tetap tidak masalah dan tidak apa-apa. Dan Camus seakan menjadi oase bagi beberapa manusia yang terlunta-lunta, yang kehausan oleh sebab tiada air (makna) untuk diminum

"Jangan berjalan di depanku, aku mungkin tidak akan mengikutimu. Jangan berjalan di belakangku, aku mungkin tidak akan memimpinmu. Berjalanlah di sampingku, cukup jadilah temanku." -Albert Camus

Mitos Sisifus

Sejatinya, esai filsafat berjudul Le Mythe de Sisyphe / The Myth of Sisyphus (Mitos Sisifus) adalah pernyataan dari Camus atas pertanyaan manusia tentang kebermaknaan. Dalam esai itu, Camus menyoal perihal masalah klasik atas eksistensi setiap individu, yang niscaya digerogoti dunia absurd.

Camus menunjukan bahwa manusia (sebagai bagian absurditas itu sendiri) tidak mungkin dapat menghindar, atau lari dari mimpi buruk kesia-siaan kehidupan, juga ketidakbermaknaan kematian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun