Mohon tunggu...
Arip Mochacinos
Arip Mochacinos Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Arip Hidayat (Not Arif). Saya bangga dengan sekarang karena sedang saya jalani. Saya bangga dengan kemarin karena saya menjalaninya dengan baik. Saya bangga dengan hari esok karena saya memikirkannya dengan baik. Meskipun begitu hanya Tuhan yang menentukan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Jawaban Pembohong

5 Desember 2014   04:32 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:01 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fikriani Istiqomah (Almh)

Ada tibanya dimana engkau harus percaya dengan semua kata-kata yang di keluarkan oleh bibir cantiknya ketika dia telah pergi tanpa kembali. Bukan hanya sekedar waktu dan tempat yang tak dapat mempertemukan engkau dengannya, tetapi sebuah jawaban yang dia berikanpun tak akan pernah kau temui. Meskipun engkau hanya sebatas tahu sebuah jawaban itu, tapi tak akan pernah kau temui.

“Jadilah sebuah mawar, walaupun berduri tapi banyak di cari”. Petuah yang akan terus menghantui diri engkau. Sebenarnya bukan hanya satu saja itu, tapi yang akan selalu engkau ingat adalah itu.

Dia bukan hanya sekedar wanita kuat (strong women) tetapi juga cerdik. Tetapi sayang dia wanita pembohong besar. Pembohong dalam setiap penderitaan yang sedang dia rasakan. Sebenarnya dia bukan orang tertutup, tetapi engkau yang tak pernah mau mendengarnya. Engkau hanya melihat dari sisi kesalahannya. Sehingga engkau menjatuhkannya di hadapan orang-orang yang dia sayangi. Tapi engkaupun percaya, dia wanita yang baik. Maka Tuhanpun selalu memberikan yang terbaik padanya.

Semua orang suka padanya, terutama laki-laki yang baru kenal padanya. Meskipun engkaupun tahu, dia harus berusaha di antara dua ketegangan. Penyakit dan sakit hati yang pasti akan selalu menerpanya.

Engkaupun merasa menyesalkan? Tak bisa bertemu untuk yang terakhir kalinya, apalagi sehari sebelum dia melepaskan jabatan tangannya, dia pernah berkata “baik-baik saja”. Ternyata itu adalah kebohongan yang terakhir kalinya yang dia ucapkan supaya tak membuat khawatir engkauu.

Sayang engkau tak pernah peka. Hidupmu hanya yang engkau pikirkan. Padahal dia sahabat yang tebaik. Selamat jalan, wajahmu selalu mengalihkan duniaku, duniamu, dan dunia engkau.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun