kali ini tidak berkisar mengenai cerpen akan tetapi lebih kepada memuntahkan uneg2 yang belakangan makin menggegoti memori otak saya, ini jelas merugikan saya karena kinerja saya sedikit terhambat oleh pikiran-kiran yang tak perlu dan tak tentu.
jika berbicara mengenai intelejen kita mungkin sudah sering mendengarnya, bahkan dari jaman kerajaan jaman dulu ada yang namanya telik sadi. Jaman Majapahit ada pasukan khusus yang digunakan untuk operasi senyap sempurna yang bernama Pasukan Bayangkara yang dipimpin oleh Bekel Gadjah Mada (sesaat sebelum menjadi Patih).
Jika kita Tarik kejaman perang dunia I dan perang dunia II kita mengenal juga yang namanya Matahari seorang wanita penari striptis yang sekaligus merangkap sebagai teliksadi atau mata-mata atau intelejen. Lalu beralih kejaman perang kemerdekaan dan juga lalu huru-hara kelam bangsa kita yaitu G/30/S/PKI yang syarat operasi intelejen maupun operasi militer.
Lalu bagaimana dengan Orde baru? Praktis orde baru para polisi preman dan ABRI (TNI saat ini) preman bertebaran dimana, mana. Mereka melakukan operasi dalam senyap.
Bahkan penembak misterius (Petrus) beroperasi dimana-mana untuk melenyapkan orang-orang yang tak diinginkan oleh penguasa, tentu saja dalam eksekusinya sebelumnya dilakukan pengamatan dan penyelidikan secara diam-diam (misi intelejen) supaya mendapatkan data yang akuran dan tepat.
Lalu bagaimana dengan kondisi saat ini? Apakah yang namanya operasi intelejen, sabotase, mata-mata masih berlangsung di negeri ini? Pasti dan harus. Tapi sayangnya banyak yang dimanfaatkan untuk kepentingan kelompok tertentu atau malah menjadi kebablasan sehingga tak terkontrol lagi.
Jika kita tengok belakangan ini,banyak sekali konflik yang terjadi antar kelompok. Lebih-lebih kelompok beragama pun juga forum kedaerahan. Mereka sering terlibat kaos satu sama lain. Mereka sering terlibat pertentangan satu sama lain. Bahkan ada yang berujung pada tawuran masal yang tak ada ujung pangkalnya.
Dari sini saya akan mencoba membahas sedikit mengenai asal-usul beberapa kelompok atau golongan, digunakan untuk apa oleh siapa dan untuk keperluan apa.
Semua pasti tahu kelompok keagamaan yang namanya LDII (Lembaga Dakwah Islam Indonsia --maaf jika salah). Hummm sebelum menjadi nama LDII nama awal nya adalah Lembaga Karyawan Islam dibentuk pada awal 1972. Bahkan dahulu kala ketika melakukan musyawarah besar (MUBES) pengede-penggede RI selalu datang seperti Sudarmono (Wakil Presiden kala itu), Rudini atau lainnya, kemudian Lembaga Karyawan Islam berubah menjadi LDII pada awal 1990-an.
Tujuan awal dibentuknya kelompok ini adalah untuk mengontrol golongan Islam, yang pada waktu itu secara kepartaian golongan Islam diwakili oleh PPP, yang pada waktu itu PPP sudah mulai ingin melepaskan diri dari induknya (Golkar). Maka untuk itu diperlukan strategi untuk memecah suara umat Islam yang terwadahi oleh PPP.
Dengan adanya LDII maka golongan Islam fundamental akan terpecah, karena bisa dipastikan LDII akan ter"aliansi dengan Golkar. Jelas sudah tujuan LDII dan kemungkinan besar sampai saat ini masih dipelihara oleh Golkar, sebagai salah satu bentuk tabungan suara mereka.
Indonesia tak akan pernah habis dengan cerita2 Islam sempalan seperti ini karena memang masyarakat gamang dan galau ini membutuhkan suapan-suapan surga  dan imaginasi pernuh keindahan hehe. Jika sudah demikian tentu kita tak akan melewatkan sebuah kelompok yang namana NII. Negara Islam Indonesia, tentu semua sudah pernah mendengan bagaimana sepat terjang NII di daerah Jawa Barat dan jawa tengan.
Mulai dari menghilangkan anak gadis orang atau mempengaruhi orang untuk memberikan semua hartanya untuk membayar tiket surga atau lainnya. NII sendiri adalah kelompok yang terlahir oleh operasi intelejen dari BIN. Kepentingan dan keperluannya adalah untuk memberikan citra buruk pengaruh Islam Fundamental yang tumbuh pesat di sekitaran Jawa barat.
Cantik sekali bukan, seperti meneteskan satu tetes tinta hitam pekat kedalam secawan air jernih. Begitulah mungkin jika diumpamakan. Tentu ujung pangkalnya sudah bisa kita tebak.
Lalu beralih ke sebuah partai yaitu PKS. Sama seperti NII, PKS adalah sebuah parti yang lahir dari Rahim BIN. Lho apa lacur? Ini seperti halnya Soeharto dengan Golkarnya membikin LDII. Tentu tujuannya tak lain untuk memcah suara umat Islam. Kalau boleh ditilik awal mula reformasi Amin Rais dengan PAN nya cukup kuat dan elegan bahkan diharapkan akan menjadi lidah penerus suara umat islam, karena PPP kala itu dinilai sudah tidak kompeten juga PPP adalah peninggalan Orde Baru.
Tentu hal ini tidak bisa dibiarkan bagi kalangan Nasionalis, demokratis kapitaslis dan liberalis hehe. Maka untuk mencegah hal itu terjadi adalah memberikan lawan tading dilakangannya sendiri (umat islam) cukup cantik bukan. Makan dengan sendirinya akan bertarung memperebutkan suara dan akan terpecah tentunya.
Hum... jika PKS itu sebuah parti hasil operasi intelejen lalu bagaimana hubungan PKS dengan NII. Ya tentu bisa dibilang cukup mesra. Bahkan Ketua Majelis Syuro PKS, Hilmi Amiduddin putra Danu Muhammad Hasan, yaitu Panglima Militer DII/TII bentukan Kartosuwiryo. Cukup aneh bukan. Ya begitulah.
Lalu ada lagi FPI. FPI cukup cekatan dalam gerakan bantu membantu memang. Mereka ringan tangan, digambarkan sebuah Benteng paling depan bagi umat islam, tegas, lugas dan cekatan hehe. FPI sendiri lahir dari operasi intelejen Polisi. Polisi berkepentingan memberangus warung2 minuman, diskotik2 kecil, tempat2 pelacuran kelas melati. Apa lacur?
Polisi tidak punya nyali tuntuk mengusik saudara tua mereka (TNI), boleh dikata bahwa sebagian besar tempat2 tak bermoral ini dibekengi oleh oknum2 TNI yang susah disentuh oleh hokum maupun operasi Polisi itu sendiri. Maka untuk melakukan perlawan dengan cara halus dan terukur adalah menciptakan centheng baru yang juga "kebal hokum" dan susah dilawan yaitu FPI. Jadi sampai kapanpun FPI tak akan melawan Polisi atau sebaliknya.
Mungkin ini dulu njeh karena masih banyak lagi
NB: jadi sebetulnya para bapak2, ibu2 disana itu sampai kapanpun akan bercanda seperti ini. Siapapun pemimpinan. Karena mereka memang suka bercengkerama suka gaduh. Tapi justru yang pusing rakyat nya karena tak tahu menahu apa yang terjadi justru sering kali terlibat perselisihan sesama rakyat yang sama-sama ora mudeng opo opo.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H