Mohon tunggu...
Muhamad Nabil
Muhamad Nabil Mohon Tunggu... Mahasiswa - Nabil MH

Menulis apa yang ingin ditulis, lalu disebar semoga menjadi manfaat untuk sekitar. Menulis adalah menyerang, Membaca adalah melawan. #SalamLiterasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pemanfaatan Situasi Pandemi untuk Menopang Bonus Demografi di Tahun 2030

23 Oktober 2020   19:01 Diperbarui: 23 Oktober 2020   19:31 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ibarat perang tak berdarah, inilah keadaan bumi kita saat ini. Mungkin ini sebuah pertanda bumi perlu diberi waktu untuk menarik nafas panjang agar bisa beradaptasi lagi di era "New Normal".

Pada 2030-2040, Indonesia diprediksi akan mengalami masa bonus demografi, yakni jumlah penduduk usia produktif (berusia 15-64 tahun) lebih besar dibandingkan penduduk usia tidak produktif (berusia di bawah 15 tahun dan di atas 64 tahun).

Pada periode tersebut, penduduk usia produktif diprediksi mencapai 64 persen dari total jumlah penduduk yang diproyeksikan sebesar 297 juta jiwa. Namun realitanya tak akan disangka-sangka wabah Covid-19 menyerang bumi dan negara kita pun terkena dampaknya, prediksi 2030 indonesia akan mencapai goals point SDGs mungkin akan sedikit terhambat karena wabah Covid-19 ini memberi dampak negatif pada point SDGs nomor 1 karena jumlah masyarakat miskin meningkat akibat kehilangan pekerjaannya.

Menurut SMERU kemiskinan di indonesia meningkat 1.6-8.5 juta pada tahun 2020.selanjutnya point no 2 dimana ketahanan pangan menurun karena suplai jalur makanan terganggu akibat lockdown menurut world food programme 19,4 juta jiwa kerawanan pangan pada tahun 2020,selanjutnya yaitu point SDGs no 3 dimana kesehatan sudah sangat krisis dan banyak sekali orang yang meninggal akibat Covid-19.

Selain itu terganggunya akses untuk kesehatan di indonesia karena penyakit yang lain mulai dikesampingkan,lalu point SDGs nomor 5 dimana kekerasan terhadap anak meningkat akibat kebiasan baru karena orang tua tidak terbiasa dengan situasi ini dan proses beradaptasi inilah yang membuat terjadinya kekerasan terhadap anak,lalu point SDGs nomor 8 dimana menurut ILO 195 juta orang di indonesia kehilangan pekerjaannya pada tahun 2020,selanjutnya point 13 dan 14 dimana sampah medical waste bertambah dan mencemari lingkungan baik itu lingkungan daratan maupun lingkungan perairan.

Tetapi dari seluruh ancaman yang datang, Point SDGs nomor 2 adalah salah satu yang terpenting untuk menyambung hidup masyarakat indonesia untuk sekarang dan untuk beberapa tahun kedepan. Dimana disini pemerintah mulai memutar otaknya untuk peningkatan multilateralisme. Terlebih adanya rasa pesimisme yang dirasakan ditengah pandemik yang sedang menyerang seluruh Negara di semua bagian di dunia.

Bila diambil dari sudut pandang yang berbeda sebetulnya Covid-19 adalah hujan emas untuk negara kita yang dikenal dengan sumber daya alamnya yang melimpah karena kita bisa menghasilkan pangan tanpa harus mengimpor dari negara lain,dan saatnya indonesia digdaya dengan mengekspor pangan sebanyak banyaknya kepada negara yang sama-sama terdampak pandemi ini.

Pada era pandemi ini indonesia harus bahu membahu untuk mempertahankan negara terutama dalam bidang pangan karena pada hakikatnya sistem multilateral menjadi bagian terpenting dari perdagangan internasional yang sudah berlangsung selama ini dan memberikan dampak positif terutama untuk mensejahterakan rakyat melalui peluasan perdangan dan inovasi antar negara. Dengan adanya pandemi ini seluruh negara saling membutuhkan satu sama lain dan kini saatnya indonesia membuat tembok untuk menjadi di garda terdepan dalam perdagangan internasional.

Pemerintah perlu melakukan reses lebih banyak lagi karena dengan langsung turun kelapang dan melihat situasi dan kondisi masyarakat pemerintah akan lebih peka apa yang terjadi dan bagaimana cara menangulanginya,peraturan yang bertumpuk bukanlah solusi tetapi realisasi yang dibutuhkan saat ini.

Pemerintah harus lebih mengambil andil dalam mengambil acuan harga untuk para petani dan APBD pemerintah disalurkan kepada para petani sehingga sistem demokrasi diindonesia dengan slogan dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat akan terealiasasi,dimana pemerintah membeli seluruh pangan dari para petani diindonesia dengan harga yang fantastis dari biasanya sehingga masyarakat lokal menangah kebawah akan memiliki penghasilan dan cara ini untuk meningkatkan semangat para petani indonesia agar merasa lebih di hargai. lalu hasil panen yang sudah dibeli oleh pemerintah disalurkan kembali kepada seluruh masyarakat di indonesia karena pada hakikatnya cara ini adalah win win solution dari adanya pemerasan dana.

Mengingatkan dengan apa yang sudah dipaparkan diawal tentang bonus demografi yang sedang mengintai Indonesia, seharusnya seluruh stakeholders birokrasi sebagai regulator, harus mempunyai cara dan program unggulan yang konkret untuk memanfaatkan bonus demografi tersebut supaya tidak menjadi boomerang yang apabila dibiarkan begitu saja akan menjadi bom waktu di suatu hari ini. Selain itu peraturan yang dirasa kurang bermanfaat dan relevan untuk jangka panjang dan menopang bonus demografi sebaiknya dikaji ulang atau lebih baik diganti dengan yag sifatnya bermanfaat untuk seluruh lapisan masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun