Setiap hari Ahad pagi, Taman Tasik Titiwangsa yang terletak di tengah-tengah kota Kuala Lumpur senantiasa dipenuhi oleh masyarakat yang melakukan jogging, senam, dan berbagai aktivitas lainnya. Namun ada sesuatu yang berbeda pagi ini, 29 September 2013, yaitu dengan digelarnya World Heart Day 2013 (Hari Jantung Dunia 2013). Tidak tanggung-tanggung, acara ini diresmikan langsung oleh Mantan Perdana Menteri Malaysia, YABhg (Yang Amat Berbahagia) Tun Dr. Mahathir Mohamad yang datang didampingi sang istri, Tun Dr. Siti Hasmah. Kedua tokoh yang membawa Malaysia ke tahap kemajuan yang diakui dunia internasional tersebut tampak masih sehat dan bugar di usia tua mereka.
Ratusan warga beragam etnis, terutama Cina, Melayu, dan India, hadir memerahkan lapangan dengan kaos merah berlogo jantung. Secara sepintas, jumlah warga China yang hadir nampak lebih dominan dibandingkan etnis Melayu dan India. Hal yang sama juga terlihat di jajaran pengurus Women’s Heart Health Organization dan panitia penyelenggaranya. Berdasarkan pengalaman penulis selama ini, warga berkulit putih ini memang dikenal suka berolahraga.
Bukan hanya di Taman Titiwangsa ini saja, ketika mendaki Gunung Nuang, gunung tertinggi di negara bagian Selangor, penulis juga menjumpai warga etnis Tionghoa ini tampak sangat gemar dan kuat dalam urusan pendakian, mulai dari anak-anak hingga kakek nenek. Tatkala penulis dan rekan-rekan sesama mahasiswa Indonesia sudah terengah-engah, puluhan orang tua Cina mendaki dengan cepat dan riang gembira, tanpa terlihat lelah. Mereka tampak seperti orang muda saja, sementara kami tampak bagaikan orang yang sudah tua. Hehehe. Dalam hal ini, umat Islam nampaknya perlu belajar dari mereka, persis seperti perintah Nabi Muhammad yang mendorong kita agar belajar dari bangsa Cina, meskipun tanpa menginjakkan kaki di negeri tirai bambu itu, karena biaya terbang kesana tidaklah murah, walau dengan tiket promosi AirAsia sekalipun. Namun demikian, kita tentu saja tetap bisa belajar dari mereka dimana pun mereka berada, termasuk di taman dan gunung.
Yang amat menarik dari sambutan singkat Tun Mahathir adalah terkait dengan rahasia kesehatan fisik beliau. Walaupun sudah berusia 88 tahun, beliau masih tetap hidup sehat, segar bugar, dan mampu memberikan ceramah di berbagai forum. Setelah mengucapkan terima kasih kepada tim dokter yang selama ini membantu menjaga kesehatannya, Tun menyebut di antara resep kesehatannya, yaitu tidak banyak makan, tidak merokok, dan tidak minum alkohol. Walaupun mungkin sederhana dan bukan hal yang asing di telinga kita, namun menerapkannya secara konsisten seperti beliau tentu bukan hal yang mudah, terutama point pertama. “The more you eat, the bigger your belly is, and the bigger your belly the more and more you would eat,” ujar beliau yang artinya kurang lebih, “semakin banyak anda makan, semakin besar perut anda, dan semakin besar perut anda, maka semakin banyak pula anda akan makan.”
Hmmm, betul sangatlah Tun nih. Beliau menjelaskan hubungan yang sangat rasional antara banyak makan dan obesitas. Artinya, ukuran perut manusia sebenarnya bersifat elastis tergantung kepada kadar asupannya. Hukum yang sama berlaku pada otak manusia. Semakin banyak belajar, semakin besar kapasitas otak seseorang. Namun bedanya amat ketara, penambahan kapasitas otak sangatlah bagus, sedangkan penambahan kapasitas perut amat tidak bagus, baik secara kesehatan maupun penampilan. Jadi kalau untuk otak harus terus ditambah asupannya (dengan menambah belajar), namun untuk perut harus dibatasi asupannya (dengan mengurangi makanan). Ini pun sejalan (kalau bahasa Melayu: selari) dengan tuntunan Nabi agar kita makan ketika lapar (saja) dan berhenti sebelum kenyang. Memang, menghadapi godaan makanan yang lezat dan nikmat, apalagi kalau gratis (terutama bagi mahasiswa, hehe), bukanlah perkara yang gampang. Disini dituntut kemampuan pengendalian diri tingkat tinggi.
Sekadar diketahui, penduduk Malaysia memiliki kadar obesitas tertinggi di kalangan negara ASEAN dan menduduki peringkat keenam di antara negara Asia Pasifik. Menurut Menteri Kesehatan, Datuk Seri Liow Tiong Lai, sebanyak 15,1% penduduk Malaysia mengalami obesitas pada tahun 2011, naik dari 14% pada tahun 2006 (MStar, 18/1/2013). Itu artinya, 1 dari 7 orang penduduk negeri jiran ini adalah orang yang memiliki kelebihan berat badan (obes). Sebagai akibatnya, lanjut Liow, penyakit tidak berjangkit (NCD) seperti diabetes, kanker dan masalah kardiovaskular turut meningkat secara mendadak di kalangan rakyat Malaysia. Meningkatnya kesejahteraan penduduk Malaysia sebagai hasil dari pembangunan boleh jadi juga turut mempengaruhi gejala tersebut. Dalam sambutan yang sepenuhnya disampaikan dalam bahasa Inggris itu, Tun Mahathir mengatakan bahwa Malaysia memang memiliki beragam cita rasa makanan dan kue yang amat menggugah selera. Bahkan jenis makanan yang disajikan di Kuala Lumpur lanjut beliau mengalahkan makanan yang ada di London. Meskipun demikian, beliau mengingatkan agar masyarakat tetap bisa mengontrol pola makannya dan tidak mengonsumsi makanan secara berlebih-lebihan, terutama yang mengandung kadar gula dan lemak yang tinggi. Peresmian acara ditandai dengan ‘mengusap’ bola kaca putih. Mirip seperti peramal atau tukang sihir yang sering digambarkan di komik kartun maupun di film. Ketika pembukaan acara Kuala Lumpur Islamic Finance Forum (KLIFF) beberapa waktu lalu, metode yang sama juga dilakukan. Penulis tidak tahu persis apakah hal seperti ini juga sudah lazim dilakukan di tanah air. Acara dilanjutkan dengan senam bersama, kemudian jalan santai mengelilingi tasik (danau). Selain itu, disediakan pula layanan pemeriksaan kadar gula dan kolesterol secara percuma (gratis).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H