Mohon tunggu...
Moch Arif Budiman
Moch Arif Budiman Mohon Tunggu... -

Melanjutkan studi di International Islamic University Malaysia (IIUM) Kuala Lumpur

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Kerancuan Istilah "Rumah Sakit"

4 Januari 2014   14:08 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:10 963
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13888320181726697221

[caption id="attachment_313560" align="aligncenter" width="624" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption] Apa yang muncul di benak Anda ketika disebut istilah “rumah sakit?” Yang segera terbayang mungkin adalah sebuah tempat berkumpulnya orang-orang sakit dengan beragam penyakitnya. Lalu, apakah tujuan mereka mendatangi rumah sakit? Tentu saja mereka berharap agar mendapatkan kesembuhan dari penyakit atau gangguan kesehatannya. Ya, semua aktifitas di rumah sakit pada dasarnya merupakan proses pengobatan dan penyembuhan orang sakit hingga menjadi sehat kembali yang dilakukan oleh para tenaga medis, ditunjang dengan sejumlah peralatan kesehatan dan obat-obatan. Dengan demikian, rumah sakit pada hakikatnya adalah tempat sementara bagi orang-orang yang sakit untuk menjalani proses penyembuhannya. Mereka tentu akan segera meninggalkan tempat tersebut tatkala sakitnya sudah berangsur sembuh atau hilang sama sekali. Dengan makna seperti diuraikan di atas, istilah “rumah sakit” di dalam Bahasa Indonesia nampaknya bukanlah istilah yang tepat, bahkan terkesan agak rancu dan menggelikan. Semua pasien tentu tidak menginginkan berada dalam keadaan sakit dan tinggal berlama-lama di rumah sakit. Sebaliknya, mereka ingin segera sembuh dan sehat kembali. Jadi, esensi utamanya pada proses penyembuhan atau pengobatan. Dalam Bahasa Arab, kata yang dipakai untuk rumah sakit adalah “mustasyfa” yang secara bahasa berarti tempat penyembuhan. Kata ini berasal dari kata “syifa” yang berarti kesembuhan, kemudian ditambah tiga huruf imbuhan di awalnya, yaitu alif, sin, dan ta’ yang mengandung makna permohonan sehingga mustasyfa bermakna tempat (bagi orang sakit) dengan harapan agar mendapatkan kesembuhan. Dari sudut derivasi kata, ini mirip dengan kata “istighfar” yang berakar pada kata “ghafara” yang berarti mengampuni, kemudian mendapat tiga huruf imbuhan yang sama, yaitu alif, sin, dan ta’ sehingga akhirnya bermakna permohonan ampunan. Sedangkan dalam Bahasa Inggris, kata yang lazim dipakai untuk rumah sakit adalah kata “hospital” yang berasal dari Bahasa Latin yang berarti rumah untuk tamu. Dari akar kata yang sama, terdapat kata “hospitality” yang berarti keramahan, keramahtamahan, dan layanan yang baik pada tamu.Ini menunjukkan bahwa proses layanan di rumah sakit hendaknya bersifat ramah dan melayani para pasien dengan sebaik-baiknya layaknya tamu sehingga kasus-kasus penolakan orang miskin yang sakit, misalnya, tidak perlu terjadi. Selain hospital, bahasa Inggris juga mengenal kata “medical center” (pusat medis/pengobatan) atau “center of wellness” (pusat kesehatan). Penggunaan dua kata terakhir ini sejalan dengan penggunaan di dalam Bahasa Arab sebagaimana dijelaskan di atas. Tidak satu pun yang menggunakan kata “sakit” (sick, ill, atau pun maridh) karena yang sebenarnya diharapkan adalah keadaan “sehat” (well, syifa). Jika diamati, pilihan kata untuk rumah sakit dalam bahasa lain, Arab dan Inggris, selain lebih mencerminkan adanya usaha atau proses penyembuhan, juga terdengar lebih bernada positif dan optimistik dibandingkan dalam Bahasa Indonesia. Oleh karena itu, alangkah baiknya apabila penggunaan kata “rumah sakit” dalam Bahasa Indonesia dapat ditinjau ulang sehingga dapat lebih sesuai dan mencerminkan proses dan harapan yang terkandung dalam istilah tersebut. Dibandingkan dengan istilah “rumah sakit”, istilah "rumah sehat", “rumah penyembuhan” atau "balai pengobatan” rasanya lebih tepat untuk dipergunakan. Kita sebenarnya sudah mempunyai istilah “balai pengobatan,” namun istilah ini sepertinya kurang popular dan biasanya hanya dipakai untuk “rumah sakit” berskala kecil. Selain itu, sejumlah lembaga sosial sekarang pun sebenarnya sudah memakai istilah “rumah sehat” untuk tempat pelayanan kesehatan yang mereka sediakan, seperti Rumah Sehat Terpadu yang didirikan Dompet Dhuafa. Namun tetap saja, istilah rumah sakit masih jauh lebih banyak dipergunakan sampai sekarang. Dalam konteks kata atau istilah yang lain, Bahasa Indonesia sebenarnya telah menggunakan kata yang tepat yang mencerminkan tujuan didirikannya suatu tempat, misalnya “pusat rehabilitasi” dan “rumah pembinaan”, yaitu sebagai tempat untuk merehabilitasi orang yang kecanduan obat terlarang dan tempat untuk memperbaiki perilaku anak jalanan atau pelaku tindak kriminal. Jika konsisten dengan mekanisme pembentukan kata “rumah sakit”, maka tempat-tempat tersebut mungkin seharusnya dinamakan “pusat pecandu” dan “pusat kriminalis”. Namun, maknanya tentu menjadi sangat berbeda, bukan? Mungkin ada yang mengatakan apalah pentingnya nama. Namun, jangan lupa bahwa nama itu mengandung doa dan pengharapan sekaligus bisa membangkitkan optimisme dan daya juang, dalam hal ini, untuk melawan penyakit. Bukankah kita semua ingin menjadi sehat? Maka, kata dan istilah yang kita pergunakan pun seharusnya merefleksikan keinginan tersebut, bukan sebaliknya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun