Mohon tunggu...
Aly Taufiq
Aly Taufiq Mohon Tunggu... Guru - Pemuda biasa yang selalu bahagia

Pemuda biasa yang selalu bahagia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Teknologi dan Modalitas Akselerasi Pembangunan Manusia

29 Agustus 2020   23:46 Diperbarui: 29 Agustus 2020   23:53 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Untuk merumuskan solusi secara komprehensif agar penguasaan teknologi semakin meningkat dan membawa manfaat bagi pembangunan sumber daya manusia, maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah pemetaan permasalahan yang ada. Sedikitnya ada beberapa permasalahan krusial yang penulis cermati.

Pertama, kurikulum pendidikan yang dijalankan masih sangat konvensional. Sebagian besar pranata pendidikan di jenjang pendidikan menengah ke dasar belum mengadopsi skema pendidikan berbasis science, technology, engineering, art, and math (disingkat STEAM) yang banyak diterapkan di sekolah-sekolah Amerika Serikat dan negara-negara Eropa.

Hal ini bukan berarti kita hendak menjadikan kedua lokus tersebut sebagai kiblat pendidikan. Namun kualitas sumber daya manusia di kedua wilayah tersebut menjadi bukti sahih efektivitas dan efisiensi STEAM dalam memproduksi sumber daya manusia yang handal.

STEAM sendiri menyajikan pola belajar yang unik dengan menggabungkan antara teknologi, teknik, seni, dan matematika dalam suatu studi ilmiah yang merancang kreativitas dan kritisisme peserta didik untuk berfikir dan memecahkan masalah.

Kedua, tidak dimungkiri bahwa para peneliti dan tenaga pendidik di perguruan tinggi masih sering mengeluhkan minimnya dana penelitian yang mereka miliki. Meskipun alokasi dana pendidikan bersifat fixed budget dan tergolong besar, yakni 20 persen dari APBN, akan tetapi alokasi masih lebih besar untuk hal-hal yang sifatnya operasional dan belanja pegawai. 

leh sebab itu, produksi riset berbasis teknologipun menjadi minim kuantitasnya. Hal ini diperburuk oleh partisipasi swasta yang sangat minim dalam menopang riset-riset berbasis teknologi di perguruan tinggi, yakni hanya 10 persen saja, sisanya ditanggung penuh oleh pemerintah. 

Habituasi yang dimiliki oleh sektor swasta di Indonesia adalah "menunggu di hilir". Mereka enggan menanam modal di sektor hulu dengan berinvestasi dalam penyelenggaraan riset-riset berbasis teknologi. Jikapun itu dilakukan, semuanya masih dilakukan dalam kerangka Corporate Social Responsibility (CSR) yang sifatnya basa-basi dan seremonial saja.

Pihak swasta di Indonesia belum sepenuhnya menyadari bahwa ada tingkat pengembalian (return rate) sebesar plus minus 20 persen dari investasi yang mereka lakukan dalam bentuk tenaga kerja yang siap pakai nantinya.

Merujuk pada berbagai kendala tersebut, sudah barang tentu strategi penanganan ke depan adalah dengan mengatasi kendala-kendala tersebut. Dalam RPJPN 2005-2024, pemerintah sudah menggariskan strategi pembangunan nasional di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Hanya saja sektor ilmu pengetahuan adalah sektor sosial yang sangat dinamis.

Perubahan begitu cepat terjadi di era disrupsi saat ini. Selain implemenmtasi yang persisten terhadap RPJPN yang sudah ditetapkan, langkah-langkah inovatif juga mutlak dilakukan. Indonesia sudah saatnya mengadopsi kurikulum berbasis STEAM di semua jenjang pendidikan. 

Pemerintah juga dituntut untuk meningkatkan besaran dana riset agar para peneliti dan pendidik terpacu untuk melakukan riset-riset skala besar yang berbasis teknologi. Pemerintah juga wajib mendorong sektor swasta agar proaktif berkontribusi melalui kebijakan yang sifatnya regulatif dan mengikat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun