Belakangan ini, khususnya di Indonesia, para penghafal Alquran semakin meningkat jumlahnya. Meskipun saya belum bisa menyuguhkan data, namun bisa dilihat dari maraknya sekolah yang mewajibkan hafalan Alquran, kontes-kontes penghafal Alquran di berbagai televisi serta munculnya pesantren-pesantren yang menawarkan metode hafalan quran dengan praktis dan cepat.
Perlu diketahui, Penghafal Alquran ada kewajiban yang harus dilaksanakan, yaitu ia juga wajib menjaga hafalannya. Artinya, wajib memastikan hafalannya masih nempel di kepalanya. Jika tidak lagi mampu menjaga hafalannya, maka ia tidak bisa disebut Haafidhulquran (Penghafal Alquran). Sangat disayangkan jika ia menghafal Alquran, kemudian ia lupa hafalannya. Ibaratkan orang yang susah payah menenun benang, setelah jadi kain, ia biarkan terurai menjadi benang kusut.
Berdasarkan pengalaman penulis, pada praktiknya, menjaga hafalan ini sulit (ada juga yang berpendapat muda) sebab hafalan Alquran ini mudah sekali lepas dari memori manusia. Pertama, karena tebalnya mushaf Alquran. Kedua, karena banyak sekali kata dan kalimat yang sama, sehingga sangat memungkinkan tertukar dan terbalik-balik. Ketiga, menjaga hafalan Alquran membutuhkan komitmen seumur hidup. Menjaga hafalan Alquran tidak hanya butuh setahun atau sepuluh tahun, tapi membutuhkan waktu seumur hidup, hingga akhir hayat.
Tidak ada cara lain dalam menjaga hafalan Alquran selain membacanya berulang-ulang, atau mendengarkan bacaan Alquran. Tidak ada doa khusus, tidak ada ritual khusus. Adapun cara-cara dan metode yang ditawarkan berbagai ahli hanyalah faktor pendukung, begitu juga berbagai doa'-doa, hanya faktor penunjang, cara yang paling utama adalah sering membaca dan mengulang-ulang hafalannya.
 Oleh sebab itu, bagi kamu yang hendak menghafal Alquran, berarti berkomitmen untuk terus membacanya selama seumur hidup. Ya, seumur hidup, bukan setahun atau dua tahun, inilah yang berat. Tidak peduli sekuat apapun hafalan kamu, jika tidak pernah kamu baca, setahun, dua tahun atau sampai tiga tahun, kemungkinan besar hafalan kamu akan berantakan.
Oleh sebab itu, bagi kamu yang berniat menghafalkan Alquran, harus mempertimbangkan bagaimana menjaganya. Menghafalkan Alquran tidak perlu tergesa-gesa, tidak perlu mencari metode paling cepat, boleh saja sih demikian, tetapi perlu di ingat, keutamaan penghafal Alquran di hadapan Allah terletak pada komitmen menjaganya dan istiqomah terus-menerus untuk membacanya. Percuma saja kamu hafal Alquran dengan metode cepat 60 hari hafal 30 Juz, tapi setelah itu kamu tidak mampu menjaganya. Jadi yang perlu diperhatikan pagi calon penghafal Alquran adalah cara menjaganya, bukan cara cepat menghafalnya.
Nah, ada fakta menarik, tapi ini tidak berlaku pada semua manusia. Faktanya begini, semakin kamu cepat-cepat ingin menghafal banyak, maka akan banyak juga ayat yang terlupa. Misalnya, bisa saja dalam dua hari kamu menghafal 1 juz dan khatam 30 Juz selama 60 hari. Tapi setelah itu kamu akan kesulitan memperkuat hafalan yang sudah kamu raih. Ketika misanya hafalan mencapai juz 10, jika kamu paksa menambah hafalan lagi, sementara hafalan yang lama belum kuat tertancap dalam benak kamu, kemungkinan besar kamu akan kesulitan menjaga hafalan kamu.
Memang ada dua metode yang diterapkan. Pertama, Kuatkan Hafalan, baru Nambah Hafalan (KHNH). Metode ini banyak diterapkan di berbagai pesantren tahfid salaf. Cara metode ini adalah menghafalkan Alquran perlahan dan penuh kesabaran. Caranya yaitu menghafalkan satu sampai dua halaman setiap hari, hingga memperoleh satu juz. Setelah hafal satu juz, misalnya juz 1, maka hafalan ini diperkuat dulu, hingga bisa membaca lancar satu jus tanpa melihat mushaf dengan sedikit kesalahan. Setelah juz 1 lancar, maka baru beranjak menghafal juz berikutnya. (Untuk lebih detil metode ini akan saya ulas pada tulisan berikutnya).
Metode Kedua, Hafalkan Terus, Perkuat Belakangan (HTPB). Metode ini banyak diadopsi oleh sekolah-sekolah dan pesantren kontemporer. Mereka mengusung jargon 60 hari bisa hafal Alquran. 80 hari hafal 30 juz, dan lain sebagainya. Metode ini dilakukan dengan cara menghafalkan terus menerus hingga sampai 30 juz dalam waktu secepat mungkin. Setelah hafal juz 1 langsung nambah hafalan ke juz 2 lalu berlanjut nambah hafalan ke juz 3 dan seterusnya hingga ia hafal 30 juz. Setelah hafal 30 Juz, baru kemudian hafalannya diperkuat dengan cara diulang-ulang.
Kedua metode ini tentu ada kelemahan dan kekurangannya. Metode KHNH membutuhkan waktu lebih lama, paling cepat 1 tahun, mampu menghafalkan 30 juz. Namun keutamaan KHNH, hafalan lebih kuat, ia bisa langsung lancar dan membaca Alquran tanpa melihat mushaf. Sementara metode HTPB lebih cepat hafal, namun banyak fakta, santri yang berhasil menyetorkan hafalan ke guru, ia lupa lagi hafalan yang terdahulu, karena tertumpuk oleh hafalan baru. Sementara hafalan lama masih lemah, sudah tertumpuk hafalan baru.
Tapi bagi kamu yang hendak Menghafal Alquran, lakukan saja, pada dasarnya nanti akan menemukan metode sendiri yang paling kamu yakini paling efektif. Hanya saja, yang perlu diperhatikan adalah, cara menjaga hafalannya, bukan bagaimana cepat hafal.
Untuk lebih jelas terkait kelemahan dan keunggulandua metode ini, akan saya ulas pada tulisan berikutnya. Semoga masih ada kesempatan untuk melanjutkan tulisan ini. Terima kasih. Semoga bermanfaat. Â
Pamulang, 25 Desember 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H